Kenaikan Harga Pangan Akan Gerus Pendapatan Masyarakat Miskin

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid/rwa.
Pedagang sayur melayani pembeli di Pasar Pulo Payung Dumai, Riau, Minggu (10/3/2024). Tren kenaikan harga sejumlah bahan pokok harian terjadi menjelang Ramadhan 2024 di daerah tersebut seperti harga sayur mayur dan rempah naik rata-rata Rp3ribu per kilogram, harga ikan segar, ikan asin dan harga telur ayam naik Rp2ribu per kilogram, sementara harga beras premium dan gula pasir stagnan pada dua pekan terakhir.
20/3/2024, 19.02 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meminta masyarakat untuk mewaspadai dampak kenaikan laju inflasi. Sebab, kenaikan laju inflasi bisa menggerus pendapatan masyarakat miskin.

“Namun kita harus mewaspadai inflasi yang berasal dari [kenaikan harga] pangan yang pasti akan menggerus kelompok paling miskin,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja bersa Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa (19/3).

Tak berbeda, Ekonom Celios Nailul Huda juga menilai kenaikan harga-harga barang akan membuat pendapatan masyarakat miskin terkuras karena untuk menutupi kenaikan harga tersebut.

“Makanya tidak heran, ketika inflasi meningkat, orang yang tadinya rentan miskin menjadi miskin. Terlebih orang rentan miskin ini tidak diberi bansos, baik bansos tunai maupun barang seperti beras,” ujar Nailul kepada Katadata.co.id pada Rabu (20/3).

Namun dengan adanya Tunjangan Hari Raya (THR) dan kenaikan pendapatan sejumlah masyarakat dapat meringankan beban mereka akibat lonjakan inflasi. Terutama kenaikan pendapatan saat momen ramadan dan lebaran.

“Kenaikan harga barang bisa ditutupi oleh kenaikan pendapatan. Di bulan ramadan, bagi sebagian UMKM bisa mendapatkan kenaikan permintaan,” ujarnya.

Pemerintah Diminta Berikan Bansos

Ekonom CORE, Yusuf Manilet justru menilai, kurangnya kemampuan dalam menyerap tenaga kerja juga menjadi salah satu faktor lain tergerusnya kelompok masyarakat miskin.

"Selain itu, faktor dari bantuan pemerintah akan menjadi faktor lain yang akan menentukan apakah pendapatan akan tergerus dengan peningkatan inflasi yang terjadi saat ini,” Yusuf.

Maka dari itu, ia meminta pemerintah agar memberikan bantuan sosial atau bansos kepada kelompok masyarakat kelas menengah dan miskin untuk mendorong aktivitas perekonomian.

“Ramadan ini kerap kali menjadi momentum bagaimana pemerintah bisa mendorong aktivitas perekonomian, sehingga daya beli kelompok pendapatan menengah ke bawah itu bisa terjaga,” ujar Yusuf.

Kenaikan Inflasi saat Ramadan Tidak Signifikan.

Sementara itu, Nailul memperkirakan kenaikan inflasi saat ramadan justru relatif tidak signifikan karena sejumlah masyarakat mendapat kenaikan pendapatan dan THR. Walaupun begitu, dia tetap meminta pemerintah untuk menjaga harga barang-barang agar tidak terlalu tinggi.

Sementara bagi Yusuf, permintaan terhadap berbagai kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan bulan ramadan mengalami peningkatan. Peningkatan permintaan ini akhirnya bermuara terhadap kenaikan harga dan inflasi.

Namun pada periode tertentu, peningkatan harga saat ramadan tidak hanya didorong peningkatan permintaan. Peningkatan harga barang dan jasa juga disebabkan oleh faktor lain.

“Misalnya pada tahun 2020 yang lalu, peningkatan harga di bulan ramadan terjadi karena pemerintah. Ketika itu pemerintah menerapkan tarif baru PPN sebesar 11%,” ujarnya.

Hal yang relatif mirip dengan pola yang terjadi pada tahun ini. Kenaikan laju inflasi terjadi karena harga pangan sudah naik bahkan sebelum ramadan.

“Sehingga ada kombinasi antara peningkatan harga pangan dan peningkatan permintaan di bulan ramadan, yang kemudian menjadi dua faktor utama inflasi terjadi di bulan ramadan dan lebaran nanti,” ujarnya.

Reporter: Zahwa Madjid