Nilai tukar rupiah terus menunjukkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat. Pada perdagangan siang ini, Rabu (17/4) rupiah melemah 0,28% ke level Rp 16.220 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra berpendapat konflik yang memanas di Timur Tengah menjadi pemicu utama penguatan dolar AS saat ini. Tak hanya itu, mundurnya jadwal bank sentral AS, The Federal Reserve, memangkas suku bunga acuan juga menjadi kekhawatiran pasar.
“Bila pasar melihat isu konflik akan terus memanas, rupiah bisa bertahan melemah terhadap dolar AS. Dan sebaliknya, rupiah bisa balik menguat kalau isu konflik mereda dan The Fed (bank sentral AS, The Federal Reserve) akhirnya memangkas suku bunga acuannya,” ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (17/4).
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Manilet mengatakan para investor saat ini mencari negara yang pasar keuangannya lebih stabil atau terkategorisasi sebagai safe heaven. Di tengah ketidakpastian, investor memilih keluar untuk sementara waktu dari pasar keuangan negara berkembang, seperti Indonesia.
“Hal ini juga terjadi di Indonesia. Pada pembukaan perdagangan saham hari ini kami melihat ada pelemahan dan di satu bersamaan terjadi depresiasi nilai tukar rupiah yang relatif lebih buruk dibandingkan kondisi hari kemarin,” ujar Yusuf kepada Katadata.co.id, Rabu (17/4).