Rupiah Menguat di Tengah Perlambatan Ekonomi Amerika Serikat

ANTARA FOTO/ Rivan Awal Lingga/wpa.
Petugas menghitung uang pecahan rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing Jakarta, Rabu (22/5/2024). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat tipis pada penutupan perdagangan hari ini Rabu (22/5) dari Rp15.990 per dolar AS menjadi Rp15.989 per dolar AS.
31/5/2024, 10.21 WIB

Nilai tukar rupiah semakin menjauhi level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS) walau hari ini menguat di level Rp 16.250 per dolar AS di tengah perlambatan ekonomi AS. 

Tercatat produk domestik bruto (PDB) AS tumbuh melambat dan hanya tumbuh 1,3% pada kuartal I 2024. Angka ini lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,6%.

Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra masih melihat peluang rupiah terkonsolidasi di level Rp 16.200 - Rp 16.280 per dolar AS pada hari ini karena data ekonomi AS lebih buruk dari perkiraan.

"Data PDB AS pada kuartal I 2024 dan komponennya seperti klaim tunjangan pengangguran, penjualan rumah tertunda, menunjukkan realisasi lebih buruk dari ekspektasi pasar," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Jumat (31/5).

Menurut Ariston, pelemahan data tersebut akan memperbesar peluang pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS, The Fed. Hal ini akan mendorong penguatan dolar AS yang sebelumnya tertahan dan terkoreksi.

Di sisi lain, pelaku pasar masih mewaspadai data inflasi terbaru AS dari Core PCE Index untuk periode April 2024 yang dirilis malam ini. Sehingga pelemahan dolar AS mungkin tidak terlalu dalam.

"Konflik di Timur Tengah yang memanas belakangan ini juga turut menjaga kekuatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata Aristin.

Sementara itu, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana berharap, rupiah bisa menguat Rp 16.092 - Rp 16.929 per dolar AS. Penguatan didorong oleh pelemahan DYX Index dan sell off US Treasury yang mereda tadi malam.

"Hal ini dipicu rilis data estimasi kedua PDB AS di kuartal I 2024 yang lebih rendah dari perkiraan awal, khususnya consumer demand," kata Fikri.

Kemudian didorong klaim mingguan terkait pengangguran awal di AS yang meningkat dan kemungkinan data PCE Price Index terkait inflasi yang akan dirilis pada hari ini yang juga lebih rendah dari perkiraan awal.

Tak berbeda dari analis lain, Analis Mata Uang Lukman Leong melihat peluang menguatan rupiah di level Rp 16.150 - Rp 16.300 per dolar AS karena imbal hasil obligasi turun akibat pelemahan ekonomi AS.

"Penguatan mungkin tidak akan signifikan. Mengingat, investor masih menunggu dan mewaspadai data inflasi AS malam ini," ujarnya. 

Reporter: Ferrika Lukmana Sari