Nilai tukar rupiah diprediksi menguat terbatas jelang rilis data inflasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada hari ini. Hingga pagi ini, rupiah sentuh level Rp 16.217 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana berharap, rupiah menguat tipis ke Rp 15.090 - Rp 16.290 per dolar AS didorong proyeksi penurunan inflasi Indonesia ke level 2,91% secara tahunan (yoy) pada Mei 2024.
"Faktor penguatan juga dari data Indonesia Nikkei Manufacturing PMI yang masih berada di atas 52. Dan didorong sentimen proyeksi penurunan suku bunga The Fed pada Jumat lalu," kata Fikri kepada Katadata.co.id, Senin (3/6).
Selain itu, potensi penguatan rupiah karena indeks harga PCE AS mengalami penurunan dan secara tahunan berada di level terendah sejak Mei 2021. Ini merupakan indeks yang mengukur indikator kenaikan harga rata-rata di seluruh konsumsi warga AS.
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra juga sependapat dengan Fikri terkait potensi penguatan rupiah hari ini. Salah satunya dipicu data inflasi AS yang menunjukkan kenaikan pada rilis Jumat lalu.
"Data Core PCE Price Index bulan April dirilis lebih rendah dibandingkan perkiraan. Data inflasi secara bulanan naik 0,2%, di bawah perkiraan sebesar 0,3%," kata Ariston.
Sementara dari dalam negeri, data inflasi masih memberikan sentimen positif ke rupiah jika masih di kisaran target inflasi Bank Indonesia (BI) sebesar 2,5% plus minus 1% pada tahun 2024.
Dengan kondisi itu, potensi penguatan rupiah hari ini berada pada posisi Rp 16.200 - Rp 16.180 per dolar AS. Dengan perkirakan mata uang Garuda ini bisa bertahan pada posisi Rp 16.280 per dolar AS.
Analis Mata Uang Lukman Leong juga memprediksi penguatan rupiah secara terbatas di level Rp 16.200 - Rp 16.300 per dolar AS. "Namun penguatan rupiah akan terbatas, karena investor masih menantikan data inflasi Indonesia pada siang ini," ujar Lukman.