Sejumlah analis memproyeksikan penguatan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih akan berlanjut pada hari ini. Hal tersebut menyusul data inflasi AS yang melandai pada Juni 2024.
“Rupiah berpeluang meneruskan penguatan terhadap dolar AS setelah data inflasi konsumen AS bulan Juni yang dirilis lebih rendah dari ekspektasi pasar, bahkan data bulanan juga menunjukkan deflasi 0,1%,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada Katadata.co.id, Jumat (12/7).
Nilai tukar rupiah dibuka pada posisi Rp 16.138 per dolar AS perdagangan pasar spot hari ini. Level tersebut menunjukan matala uang Garuda naik 57 poin atau plus 0,35% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Ariston menjelaskan, bahwa tingkat inflasi AS yang lebih rendah tersebut membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan The Fed pada tahun ini. Dengan begitu. dolar AS berpotensi melemah terhadap nilai tukar lainnya.
Ariston mengatakan indeks dolar AS berada pada kisaran 104,50 pagi ini. Sementara pada pagi sebelumnya indeks dolar AS berada pada kisaran 104.90-an.
“Potensi penguatan rupiah ke arah Rp 16.150 hingga Rp 16.120 per dolar AS dengan potensi resisten pada area Rp 16.230 per dolar AS,” ucap Ariston.
Berpeluang Menguat Rp 16.200 per Dolar AS
Senada dengan Ariston, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana juga memproyeksikan penguatan rupiah pada hari ini. Fikri memprediksi rupiah bisa terapresiasi pada level Rp 16.070 - Rp 16.200 per dolar AS.
Fikri menjelaskan, penguatan rupiah didorong penurunan inflasi konsumen AS dan data US weekly initial jobless claims yang masih lebih tinggi dari rata-rata realisasi Februari hingga Juni 2024.
“Penguatan rupiah juga diproyeksikan karena meningkatnya ekspektasi penurunan Fed Rate pada 18 September mendatang ke angka 83 persen,” ucap Fikri.
Pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong juga memproyeksikan penguatan rupiah hari ini. Karena dolar AS akan kembali melemah dan imbal hasil obligasi juga turun tajam setelah data inflasi AS lebih rendah dari perkiraan.
“Investor menantikan data perdagangan Cina pada siang ini. Sehingga, rupiah berada di kisaran Rp 16.000 - Rp 16.150 per dolar AS pada hari ini,” ujar Lukman.
Dikutip dari Reuters, Kamis (11/7) data Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS menyebutkan inflasi AS turun 0,1% pada Juni 2024 atau tak berubah dari posisi Mei 2024. Secara tahunan, inflasi CPI naik 3,0% pada Juni 2024, atau yang lebih rendah dari Mei sebesar 3,3%.
Consumer Price Index (CPI) atau Indeks Harga Konsumen adalah indikator ekonomi untuk mengukur tingkat inflasi suatu negara. Dalam konteks AS, CPI menjadi tolok ukur utama untuk memahami perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat.