Sejumlah analis melihat adanya peluang bagi nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (29/7).
Analis pasar keuangan Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah berpeluang berbalik menguat terhadap dolar AS setelah data indikator inflasi AS yakni PCE Price Index menunjukkan inflasi stabil sesuai ekspektasi pasar.
"Potensi penguatan rupiah ke arah 16.250 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran 16.320 per dolar AS hari ini," kata Ariston kepada Katadata.co.id.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 08.54 WIB, rupiah berada pada level 16.301 per dolar AS. Level tersebut menunjukan penguatan 51,00 poin atau sebesar 0,31%.
Data PCE Price Index secara tahunan menunjukkan kenaikan 2,5%, lebih rendah dari sebelumnya 2,6%. Ariston menilai, hasil tersebut membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan AS pada tahun ini. "Pasar berekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed bisa terjadi pada September," ujar Ariston.
Dia mengungkapkan, ekspektasi pemangkasan tersebut mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Tapi di sisi lain, Ariston menuturkan pasar masih menantikan kabar terbaru dari Bank Sentral AS pada pekan ini berkaitan kebijakan moneter terbaru Fed.
"Fed biasanya tidak pernah memberitahukan arah kebijakannya dengan tegas, tapi akan memberikan sinyal-sinyal apakah cenderung ke arah pemangkasan atau sebaliknya. Ketidakpastian dari Fed ini yang membuat pergerakan dolar AS masih konsolidatif dan ini bisa mencegah dolar AS melemah terlalu dalam," ujarnya.
Terlebih ditambah konflik di Timur Tengah yang memanas belakangan ini yang berpotensi menimbulkan perang baru dan berkepanjangan yang bisa melambatkan pertumbuhan ekonomi global. Ariston menilai, hal itu juga salah satu faktor yang bisa menahan pelemahan dolar AS.
Sementara itu, pengamat komoditas dan mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi terhadap dolar AS dengan kecenderungan menguat terbatas. "Rupiah akan berkisar pada level 16.250 hingga 16.350 per dolar AS hari ini," ujar Lukman.
Lukman mengungkapkan, investor cenderung wait and see menantikan data-data penting AS dan dan pertemuan FOMC pekan ini. Lukman menilai, dolar AS juga sedikit melemah setelah data inflasi PCE yang menunjukkan tekanan inflasi di AS mulai mereda.
Di sisi lain, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri Permana memproyeksikan nilai tukar rupiah hari ini masih akan melemah. "Kemungkinan terdepresiasi ke 16.260 hingga 16.390 per dolar AS," kata Fikri.
Fikri menuturkan beberapa hal lain yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah hari ini yaitu hasil pertemuan G20 yang berkomitmen mengurangi risiko geopolitik global. Begitu juga antisipasi jelang BoJ meeting dan pertemuan FOMC.