Sejumlah analis memperkirakan pelemahan rupiah dan masih akan menjauh dari level Rp 15.409 per dolar AS. Salah satunya dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar terhadap ancaman resesi di Amerika Serikat (AS).
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, saat ini isu resesi di AS sedang dimainkan pelaku pasar. Apalagi, data Purchasing Managers Index (PMI) AS juga melemah.
“Data PMI manufaktur AS pada Agustus 2024 yang masih berkontraksi dan dirilis di bawah perkiraan semalam menjadi bahan pendukung ekspektasi resesi tersebut,” kata Ariston kepada Katadata.co.id, Rabu (4/9).
Hal tersebut mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko seperti saham dan aset di negara berkembang. Para investor memilih masuk ke aset aman (risk off) seperti dolar AS dan membuat mata uang tersebut mengalami penguatan.
Selain itu, pelaku pasar juga sedang menunggu data tenaga kerja AS yang akan dirilis malam ini hingga Jumat (6/9. Data tersebut akan meningkatkan volatilitas dan menentukan arah dolar AS sehingga pelaku pasar cukup berhati-hati.
Meskipun begitu, Ariston menilai isu resesi juga memperbesar ekspektasi pasar untuk pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau The Fed.
“Jadi mungkin bisa membantu dolar tidak terlalu menguat. Peluang pelemahan rupiah hari ini ke arah Rp 15.550 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 15.500 per dolar AS,” ujar Ariston.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.11 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.514 per dolar AS. Level tersebut menurun 12,00 poin atau 0,08% dari penutupan kemarin.
Matang Uang Yen dan Emas Menguat
Sementara itu, Analis Komoditas dan Pasar Uang Lukman Leong juga memperkitakan rupiah akan melemah terhadap dolar AS pada hari ini. Bahkan, dolar AS sudah terpantau menguat di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas.
“Mata uang yen, emas, dan dolar AS menguat dan imbal hasil obligasi AS turun oleh kembalinya kekhawatiran resesi setelah data manufaktur AS yang lebih lemah. Rupiah bisa melemah di kisaran Rp 15.500 - Rp 15.650 per dolar AS," kata dia.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C Permana justru berharap rupiah memiliki peluang penguatan pada hari ini. Dia memproyeksikan rupiah bisa terapresiasi pada level Rp 15.402 hingga Rp 15.602 per dolar AS.
Penguatan rupiah diharapkan bisa terjadi dengan ekspektasi penurunan Fed Funds Rate hingga 25 bps dalam dua pekan ke depan. Selain itu juga adanya penurunan harga minyak global yang signifikan semalam.
“Incoming bids (penawaran masuk) lelang surat utang negara atau SUN juga berada pada Rp 45,49 triliun,” ujar Fikri.