Tak Ikut Langkah Agresif The Fed, Inggris Tahan Suku Bunga di 5%

Youtube/Bank of England
Ilustrasi. Kenaikan harga yang masih terjadi membuat bank sentral Inggris memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya.
Penulis: Agustiyanti
20/9/2024, 08.56 WIB

Bank Sentral Inggris mempertahankan suku bunga acuannya di level 5% pada Kamis (19/9), tak mengikuti langkah The Fed yang memangkas bunga secara agresif 50 bps. Namun demikian, pasar memperkirakan Inggris memangkas suku bunga acuannya dalam pertemuan berikutnya pada November. 

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga muncul karena harga naik sedikit lebih cepat dari target bank sentral meski inflasi tetap berada di kisaran 2% pada bulan lalu.

Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan, inflasi telah turun jauh. Namun, pihaknya perlu melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi akan tetap rendah sebelum memangkas suku bunga lebih lanjut.

"Suku bunga juga kini berangsur-angsur menurun", kata Bailey seperti dikutip dari BBC, Jumat (20/9).

Keputusan untuk mempertahankan suku bunga, yang sudah diperkirakan sebelumnya, menyusul pemangkasan suku bunga sebesar 5,25% pada Agustus. Penurunan suku bunga bulan lalu adalah pemangkasan pertama sejak dimulainya pandemi pada tahun 2020.

Namun, Bailey saat itu  mengatakan bahwa sangat penting agar inflasi tetap rendah. "Jadi, kita perlu berhati-hati untuk tidak memotong terlalu cepat atau terlalu banyak," katanya.

Suku bunga dasar menentukan suku bunga yang ditetapkan perbankan dan pemberi pinjaman lainnya. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi berarti orang membayar lebih banyak untuk meminjam uang untuk hal-hal seperti hipotek dan kartu kredit. Namun disisi lain, penabung juga menerima pengembalian yang lebih baik.

Suku bunga yang lebih tinggi mendorong suku bunga hipotek naik. Hal ini dapat mengakibatkan pemilik tanah menaikkan sewa mereka untuk menutupi pembayaran yang lebih tinggi.

Sofia dan suaminya James termasuk di antara mereka yang terkena dampak. Mereka pindah dengan putra mereka yang berusia satu tahun ke Berkshire setelah sewa mereka naik sebesar £100 atau sekitar Rp 2 juta sebulan menjadi £1.650 atau  sekitar Rp 33 juta pada Mei 2024.

Mereka pindah ke rumah yang lebih kecil di mana mereka hanya perlu membayar £1.400. Mereka memiliki pendapatan bersama sebesar £54.000 dan mengatakan mereka tidak dapat menabung untuk uang muka membeli rumah.

"Ketika saya mengambil cuti hamil, saya hanya bisa cuti sekitar 10 minggu karena kami tidak mampu lagi. Bahkan itu merupakan hal yang sangat besar sampai-sampai kami harus berutang sedikit," kata Sofia.

Ia menambahkan bank makanan membantu mereka dan terkadang suaminya harus bekerja dari rumah karena ia tidak punya uang untuk mengisi bahan bakar mobil.

Meskipun dampak dari dua guncangan global besar yakni pandemi Covid dan perang Ukraina terhadap harga konsumen telah mereda, inflasi Inggris masih naik lebih cepat dari target Bank Sentral  sebesar 2%.

Ekonomi Inggris juga tumbuh melambat pada kuartal kedua tahun ini akibat konsumen yang menahan diri untuk berbelanja karena kenaikan harga.