Gubernur BI Ungkap Penyebab Rupiah Anjlok Rp 16.000 Per Dolar AS

Katadata
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 Desember 2024 memutuskan untuk mempertahankan BI-Rate sebesar 6,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,75%. Hal ini disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo (tengah) di Jakarta, Rabu (18/12).
18/12/2024, 15.29 WIB

Pergerakan rupiah sudah mencapai level psikologis yaitu Rp 16.000 per dolar AS. Pada penutupan perdagangan kemarin (17/12), rupiah ditutup melemah pada level Rp 16.099 per dolar AS.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar rupiah pada bulan ini hingga 17 Desember 2024 melemah hingga 1,37% dari bulan sebelumnya. Sejumlah faktor turut memengaruhi pelemahan rupiah.

“Pelemahan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh makin tingginya ketidakpastian global, terutama terkait arah kebijakan AS,” kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Desember 2024, Rabu (18/12).

Selain itu, ruang penurunan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) atau Fed Fund Rate (FFR) juga lebih rendah. Sehingga, kebijakan The Fed masih jadi pertimbangan Bank Indonesia. 

Perry juga mengakui adanya penguatan mata uang dolar AS secara luas dan risiko geopolitik yang mengakibatkan berlanjutnya preferensi investor global untuk memindahkan alokasi portofolio kembali ke AS. 

“Secara umum pelemahan nilai tukar rupiah tetap terkendali yang bila dibandingkan dengan level akhir Desember 2023 tercatat depresiasi sebesar 4,16%,” ujar Perry.

Untuk Redam Dampak Ketidakpastian Global

Menurut Perry, level pelemahan rupiah ini lebih kecil dibandingkan pelemahan dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea. Ketiga mata uang tersebut masing-masing terdepresiasi 5,58%, 5,94%, dan, 10,47%.

Perry memastikan, kebijakan Bank Indonesia diarahkan untuk menjaga stabilitas rupiah dari dampak ketidakpastian global. Pihaknya akan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter melalui penguatan strategi operasi moneter pro-market

Dia mencontohkan strategi optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valuta Asing Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

“Hal ini dilakukan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung penguatan nilai tukar rupiah,” kata Perry.

Reporter: Rahayu Subekti