Ancaman Perang Dagang Amerika yang Memicu Resesi Ekonomi Dunia

ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque/File Foto
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, penasehat keamanan nasional AS John Bolton dan Presiden China Xi Jinping menghadiri jamuan makan malam setelah ktt pemimpin negara G20 di Buenos Aires, Argentina, Sabtu (1/12).
Penulis: Muchamad Nafi
9/5/2019, 13.45 WIB

Ranjau Perang Dagang Amerika di Penjuru Dunia

Presiden Donald Trump bukan hanya membuka front peperangan dengan Cina. Ketika hubugan dengan Beijing panas-dingin, dia berkicau melalui akun twitter-nya mengenai kondisi para petani di negaranya yang begitu “mengenaskan” lantaran ada ketidakadilan oleh beberapa negara, terutama Kanada dan Uni Eropa.

Trump pun menuliskan pada awal Juni tahun lalu, “Mereka harus membuka pasar dan menurunkan hambatan perdagangan! Mereka melaporkan surplus perdagangan yang sangat tinggi dengan kami.”

Karena surplus di kedua negara itu, neraca dagang pertanian Amerika defisit. Walau Uni Eropa dan Kanada merupakan sekutu tradisional Amerika, Trump tetap mengamcam keduanya. Seperti dikutip Reuters, dia mengatakan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron tentang perlunya menyeimbangkan neraca perdagangan Amerika dan Eropa. 

(Baca juga: Indonesia dalam Bayang-bayang Perang Dagang Amerika-Tiongkok).

Trump menyampaikan ancaman tersebut setelah hari sebelumnya menaikkan tarif bea masuk baja dan alumunium dari Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa. Menteri Perdagangan Amerika Wilbur Ross mengatakan kedua komoditas tersebut dikenai tarif impor masing-masing 25 dan 10 %. Saat itu, Kanada merupakan pemasok baja terbesar ke Amerika.

Atas tindakan tersebut, Kanada akan mengenakan tarif balasan hingga C$ 16,6 miliar, sekitar US$ 12,8 miliar untuk impor Amerika. Komoditas yang dibidik mencakup wiski, jus jeruk, baja, aluminium, dan beberapa produk lainnya.

Langkah serupa hendak diambil Meksiko dan Uni Eropa untuk menaikkan pungutan atas jus jeruk, wiski, jeans biru, dan sepeda motor Harley-Davidson yang nilainya miliaran dolar Amerika. Akibatnya, saham Harley-Davidson turun 1,5 persen saat itu. Semntara Belgia mengajukan daftar sebanyak delapan halaman kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang berisi sejumlah produk untuk diperlakukan sebagai tindakan pembalasan.

Kelompok negara-negara dengan ekonomi maju yang tergabung dalam G7 pun mengisolasi Amerika. Pada pertemuan di Kanada, Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire mengecam Amerika. (Baca juga: Rupiah Masih Terombang-ambing Perang Dagang Amerika-Tiongkok).

Ancamannya diungkapn sebagai, “Kami akan memiliki G6 plus satu Amerika Serikat,” kata Le Maire di Whistler, British Columbia. Tindakan Donald Trump dituding membuka perang dagang makin luas yang memicu destabilisasi ekonomi dunia.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut tindakan Amerika memungut tarif lebih tinggi sebagai perbuatan ilegal dan kesalahan. Dia mengingatkan satu periode buruk pada masa lampau yakni sebelum Perang Dunia II. “Nasionalisme ekonomi mengarah pada perang. Inilah tepatnya yang terjadi pada 1930-an,” kata Macron seperti dikutip kantor berita AP. Ketika itu, resesi ekonomi melanda dunia.

Indonesia juga tidak mengharapakan situasi yang dapat memukul pertumbuhan eknomi global. Awal Februari lalu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengingatkan perang dagang antara Amerika Serikat  dan Tiongkok mengganggu stabilitas ekonomi dunia. Keadaan tersebut dapat meningkatkan proteksionisme banyak negara.

Akibatnya,  banyak negara di berbagai belahan dunia terpancing untuk menerapkan kebijakan proteksionisme. “Perang dagang yang diakibatkan kenaikan tarif sebenarnya merugikan negara itu sendiri karena inflasi akan meningkat dan konsumen dirugikan,” kata Enggar.

Halaman: