Pembatasan aktivitas sosial dan jaga jarak fisik untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19 sangat berdampak besar terhadap perekonomian dan sektor usaha. Salah satu sektor usaha yang paling terdampak adalah bisnis retail. Sebagian segmen di sektor usaha ini terpuruk, namun ada juga gerai retail yang diuntungkan pada masa pandemi ini.
Tinggal di dekat Pasar Kebayoran Lama, Dini Aprilia terbiasa menyempatkan berbelanja sepulang dari kantornya di Palmerah, Jakarta. Di pasar tersebut, karyawan swasta umur 32 tahun itu biasa berbelanja aneka sayuran dan buah-buahan dengan harga murah.
“Sayur-mayur itu juga lebih segar waktu malam karena baru dikirim dari Jawa Barat,” katanya, Kamis (23/4).
Pandemi virus corona mengubah kebiasaan itu. Setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, Dini tak lagi harus ke kantor, dan tidak perlu mampir berbelanja ke pasar.
Dini kini berbelanja bahan pangan di sebuah supermarket. “Rasanya lebih nyaman karena bisa menjaga jarak,” ujarnya. Di supermarket, ia berbelanja berbagai kebutuhan untuk stok mingguan agar tidak perlu sering keluar rumah.
(Baca: Menkes Terawan Setujui PSBB Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik)
Di Jakarta, PSBB berlaku mulai 10 April 2020 hingga 22 Mei 2020. Terus bertambahnya jumlah pasien Covid-19 membuat beberapa daerah lain di Indonesia mengambil kebijakan serupa.
Pasar tradisional selama ini menjadi andalan masyarakat Indonesia dalam berbelanja kebutuhan pokok. Pada 2019, pasar tradisional mendominasi sekitar 70% belanja kebutuhan pokok masyarakat.
Sedangkan minimarket memegang 23% dari ceruk pasar, dan supermarket yang hanya tersedia di kota-kota besar hanya mendapat jatah 7%.
Situasi pandemi juga membuat para pedagang pasar tradisional beradaptasi dengan teknologi. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan 105 pasar untuk mengadopsi sistem belanja online secara sederhana. Pedagang di pasar-pasar kelolaan Perumda Pasar Jaya kini didorong melayani transaksi melalui aplikasi pesan WhatsApp.
Nomor kontak para pedagang itu dipublikasikan melalui media sosial Perumda Pasar Jaya. Masyarakat yang ingin berbelanja cukup mengirim pesan ke nomor pedagang di pasar terdekat, lalu barang akan diantar keesokan harinya. Pembayaran dilakukan secara tunai saat pengantaran.
Haji Rosyid, yang menjual telur di Pasar Minggu, menyatakan cara ini cukup menolongnya untuk tetap berjualan saat pasar sepi. Meski, ia mengaku omzetnya tetap turun hingga 30% dari hari biasa.
“Yang bantu antar telur cuma dua orang, jadi jualannya tetap tidak sebanyak waktu orang bisa berdatangan,” kata pria 62 tahun ini.
(Baca: 11 Aplikasi untuk Berbelanja Bahan Pokok Saat Pandemi Corona)
Keterbatasan logistik dan distribusi ini pula yang menyebabkan penyedia aplikasi belanja online produk segar seperti HappyFresh, GrabMart, dan Sayur Box masih sulit merebut ceruk pasar.
“Porsi belanja bahan pokok secara online masih sangat kecil di Indonesia, meski sebagian besar supermarket dan minimarket sudah memperkenalkan aplikasi,” demikian dikutip dari studi DBS yang berjudul ASEAN Grocery Retail.
Siapa Unggul, Supermarket atau Minimarket?
Lebih jauh, DBS menyebut supermarket dan minimarket sebagai segmen retail yang diuntungkan dalam PSBB. Pasalnya, di saat mal dan pertokoan harus tutup selama PSBB, supermarket, minimarket dan apotek tetap buka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Bagaimanapun, kami menilai supermarket lebih unggul dalam mengambil ceruk pasar tradisional karena menawarkan lebih banyak pilihan produk segar ketimbang minimarket."
Restoran pun hanya boleh buka untuk melayani pemesanan dibawa pulang. Kondisi itu akhirnya memaksa kelas pekerja yang biasa makan di luar untuk menyiapkan makanan sendiri di rumah. Belanja bahan makanan pun terkerek naik.
Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia menunjukkan, Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Februari 2020 sebesar 216,4 atau turun 0,8% dari tahun lalu. Pada Maret 2020, penurunan itu diperkirakan mencapai 5,4% seiring dampak pandemi virus corona serta menurunnya daya beli masyarakat.
(Baca: Masalah Pangan Menjelang Ramadan di Tengah Pandemi Covid-19)
Kontraksi terjadi pada hampir seluruh kelompok komoditas. Namun, penurunan paling dalam terjadi pada sub kelompok Sandang yang terkontraksi 40,4% (yoy).
Kontraksi juga ditunjukkan oleh kelompok barang budaya dan rekreasi yang turun 16,8% (yoy). Kemudian, belanja bahan bakar dan kendaraan bermotor turun 4,6%, begitu pula alat komunikasi merorot 4%.
Hanya belanja untuk kelompok makanan, minuman dan rokok yang tumbuh 3,2%. Begitu juga banyaknya aktivitas di rumah membuat belanja perabot naik 3,7%.
“Dalam situasi pandemi Covid-19, kami percaya orang-orang akan mengubah pola konsumsinya dengan lebih mengutamakan belanja bahan makanan ketimbang pakaian,” demikian dikutip dari riset DBS.
Transmart Carrefour adalah salah satu gerai retail yang meraup tambahan omzet. Jaringan supermarket milik Chairul Tanjung itu mencatatkan transaksi hingga 50% di tengah pandemi Covid-19. "Secara basket mereka membeli lebih banyak dari kebutuhan biasa," kata Vice President Corporate Communications Transmart Carrefour Satria Hamid.
Satria mengatakan kenaikan pembelian tersebut karena konsumen berbelanja bahan pokok untuk kebutuhan mingguan atau bahkan bulanan dalam satu kali transaksi. Apalagi, kebutuhan konsumsi rumah tangga cenderung meningkat saat memasuki Ramadan.
Kenaikan pembelian terjadi utamanya pada bahan pokok seperti beras, minyak goreng, mi instan, telur, daging, dan makanan siap saji. Selain itu, produk-produk penunjang kebersihan seperti tissue, hand sanitizer dan masker juga laris manis.
Saat ini, Transmart Carrefour memiliki jaringan di 132 kota di Indonesia. Supermarket ini juga tetap buka meski berada di pusat perbelanjan atau mal yang tutup. "Kami minta pada pengelola mal memberikan akses bagi konsumen," ujar Satria.