Mencermati Pengertian Hadits Menurut Bahasa dan Istilah

Unsplash
Hadits
Editor: Agung
31/1/2024, 12.30 WIB

Hadits merupakan sumber hukum islam kedua setelah Al Quran dimana sumber ajarannya berasal dari Nabi Muhammad SAW . Hadits juga menjadi rujukan bagi umat muslim untuk menjelaskan hukum-hukum yang terdapat dalam Al Quran.

Penafsiran hadits  sendiri tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Pasalnya, hanya orang yang benar-benar ahli dan memiliki ilmu pengetahuan terkait tentangnya yang bisa melakukannya.

Sebagai salah satu sumber hukum dalam Islam, hadits mengandung banyak ketentuan dan pembelajaran bagi umat Muslim.

Bila ingin mengetahui lebih banyak soal hadits, berikut di bawah ini penjelasan lengkapnya mulai dari pengertian hingga tingkatannya.

Pengertian Hadits Menurut Bahasa dan Istilah

Berikut ini masing-masing penjelasan mengenai pengertian hadits baik dari segi bahasa maupun istilah.

Pengertian Hadits Menurut Bahasa dan Istilah (Unsplash)

1. Menurut Bahasa

Mengutip buku Hadits Nabi dari Masa ke Masa oleh Dr. Muhammad Ajaj Al-Khathib, pengertian hadits menurut bahasa adalah sesuatu yang baru atau berita, sedikit ataupun banyak.

Sedangkan mengutip laman Kemenag, hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat.

Dengan kata lain, hadist menurut bahasa adalah sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari seseorang ke orang lain.

2. Menurut Istilah

Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadis oleh Asep Herdi, pengertian hadits menurut istilah adalah perkataan Nabi (qauliyah), perbuatan Nabi (fi’liyah) dan segala keadaan Nabi (ahwaliyah).

Sedangkan dalam KBBI, pengertian hadits adalah sabda, perbuatan, taqrir (ketetapan) Nabi Muhammad SAW. yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat untuk menjelaskan dan menetapkan hukum Islam.

Sementara itu, berdasarkan laman Kemenag, hadist menurut istilah syara’ adalah hal-hal yang datang dari Rasulullah SAW, baik ucapan, perbuatan, atau pengakuan. Berikut ini penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.

  • Hadits Qauliyah (ucapan) yaitu hadits-hadits Rasulullah yang diucapkan untuk berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
  • Hadits Fi’liyah adalah perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti mengerjakan solat lima waktu dengan tata cara beserta rukun-rukunnya.
  • Hadits Taqririyah yakni perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan itu bentuk ucapan atau perbuatan. Ikrar yang dimaksud bisa dengan cara mendiamkannya atau melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu sehingga dianggap sebagai persetujuan.

Unsur Hadits

Pengertian hadits menurut bahasa dan istilah tentunya harus disertai dengan pengenal unsurnya. Menurut Khusniati Rofiah dalam buku Studi Ilmu Hadits, tiap Hadits memiliki dua unsur utama yaitu sanad dan matan. Ada juga rawi yang menyampaikan Hadits.

Unsur-unsur Hadits adalah:

 1. Rawi

Rawi dalam Hadits adalah orang yang menyampaikan atau menuliskan dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya). Bentuk jamaknya adalah ruwah dan perbuatannya menyampaikan Hadits disebut meriwayatkan Hadits.

Hadits yang ditakhrijkan dari suatu kitab Hadits pada umumnya membubuhkan nama rawi terakhirnya pada akhir matan Hadits. Contohnya, Hadits di depan, rawi terakhirnya adalah Imam Bukhari. Sedangkan rawi pertamanya adalah Abdullah (sahabat nabi).

2. Matan

Matan dalam Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang diover oleh sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat ataupun Tabi’in. Baik pembicaraan itu tentang Nabi atau taqrir Nabi.

3. Sanad

Sanad dalam Hadits adalah yang disebut sebelum matan Hadits. Sanad merupakan silsilah orang-orang yang menghubungkan Hadits. Sisilah orang-orang maksudnya adalah susunan atau rangkaian orang-orang perawi Hadits yang menyampaikan materi Hadits sejak mukharrij sampai kepada perawi terakhir yang bersambung kepada Nabi.

Fungsi Hadits

Terdapat 4 macam fungsi hadits terhadap Al Quran yang ditetapkan oleh ulama Atsar, yaitu:

1. Bayan at-Taqrir

Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayat at-Ta'kid dan bayan at-Isbat. Dalam hal ini, hadits berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al Quran.

2. Bayan at-Tafsir

Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al Quran yang masih mujmal (samar atau tidak dapat diketahui), memberikan pesyaratan ayat-ayat yang masih mutlak, dan memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang masih umum.

3. Bayan at-Tasyri

Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak didapati dalam Al Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan za'id ala al kitab al-karim.

Pengertian Hadits Menurut Bahasa dan Istilah (Pexels)

4. Bayan an-Nasakh

Secara bahasa, an-naskh memiliki arti yang beragam, di antaranya al ibtal (membatalkan), al ijalah (menghilangkan), at tahwil (memindahkan) atay at taqyir (mengubah). Adapun yang disebut dengan bayan an nasakh adalah adanya dalil syara' (yang dapat menghapuskan ketentuan yang telah ada) karena datangnya dalil berikutnya.

Menurut jumhur ulama, kedudukan hadits menempati posisi kedua setelah Al Quran. Ditinjau dari segi wurud atau tsubutnya Al Quran bersifat qath'i (pasti) sedangkan hadits bersifat zhanni al wurud (relatif) kecuali yang berstatus mutawatir (berturut-turut).

Tingkatan Hadits

Berdasarkan kualitas sanad dan perawinya, hadits dapat digolongkan menjadi tiga tingkatan, antara lain:

1. Hadits Shahih

Mengutip buku Al-Qur'an Hadits Madrasah Aliyah Kelas X, hadits shahih adalah hadits musnad yang bersambung sanadnya, dinukil oleh seorang yang adil dan dabit hingga akhir sanadnya, tanpa ada kejanggalan dan cacat.
 
Hukum memakai hadits sahih adalah wajib, sebagaimana disepakati oleh ahli hadits dan para fuqaha. Sebab, hadits sahih merupakan salah satu sumber hukum syariat, sehingga tidak ada alasan untuk mengingkarinya.

2. Hadits Hasan

Abu Isa at-Tirmidzi mengartikan hadits hasan sebagai hadits yang dalam sanadnya tidak terdapat orang yang tertuduh bohong, haditsnya tidak janggal, serta diriwayatkan tidak hanya dalam satu jalur rawian.

3. Hadits Dhaif

Hadits dhaif adalah sabda Rasulullah yang tidak memenuhi syarat diterimanya suatu hadits dikarenakan hilangnya salah satu dari beberapa syarat yang ada. Hadits jenis ini tingkatannya paling lemah di antara jenis hadits lain.

Itulah rangkuman informasi mengenai pengertian hadits menurut bahasa dan istilah serta unsur, fungsi dan tingkatannya.