Bangunan berbentuk seperti rumah itu kokoh berdiri di pantai Negeri Hila, wilayah yang berjarak 42 km dari pusat kota Ambon. Dengan sinar pagi yang menembus cakrawala, atap berwarna merah di bangunan itu tampak mencolok, dan menarik perhatian wisatawan.
Di halaman depannya terpampang plang dengan tulisan “Benteng Amsterdam”. Ya, Benteng Amsterdam bukan bangunan kapiran, bahkan sarat dengan sejarah. Pada 1512, orang Portugis membangunnya sebagai tempat untuk menyimpan rempah-rempah. Dan, tempat ini menjadi saksi awal perdagangan komoditas di sana.
Usai Belanda menguasai Ambon pada 1605, mereka mengambil alih bangunan tersebut, dan mengubahnya menjadi benteng. Orang Belanda pun menamai bangunan itu sebagai Blok Huis.
Bangunan tiga lantai itu merupakan salah satu destinasi milik Desa Sejahtera Astra (DSA) Wisata Negeri Hila, yang terletak di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Wilayah yang berada di pesisir utara Ambon itu dipenuhi dengan kenampakan alam dataran rendah.
Negeri Hila, yang berpenduduk 6.850 jiwa, merupakan salah satu desa tertua dan menjadi andalan bagi wilayah Ambon. Desa yang dibina Astra sejak 2022 itu memiliki beragam potensi, mulai dari budaya, bahari, sejarah, kenampakan alam dan buatan, kuliner hingga kerajinan tangan.
Kekayaan sejarah dan budaya
Bagi Mohamad Nurdin Lating, Desa Sejahtera Astra (DSA) Wisata Negeri Hila memiliki kontribusi yang penting bagi perkembangan wilayah Maluku.
Menurutnya, banyak bangunan bersejarah di desa ini, yakni, Benteng Amsterdam, Gereja Tua Imanuel Hila, dan Mushaf Al-Quran yang ditulis dengan tangan hampir 1.000 tahun lalu, serta dianggap yang tertua di Maluku.
Selain itu, Negeri Hila juga kesohor dengan keragaman budayanya. Tarian Cakaleleng, Sau Reka-Reka, Sawat, dan Lenso, misalnya merupakan ragam tari untuk menyambut wisatawan. Ada pula permainan tradisional Bambu Gila yang dapat diikuti oleh para pelancong.
Menurut Lating, DSA Wisata Negeri Hila beroleh pendampingan sejak dibina oleh Astra. Pendampingan itu di antaranya pengembangan desa, pelatihan pengembangan buah pala, hingga fasilitas peralatan homestay yang menjadi salah satu mata pencaharian warga.
“Sejak saat itu, pendapatan dari seluruh aspek pun meningkat 30 persen dibandingkan tahun lalu,” ujar Tokoh Penggerak DSA Wisata Negeri Hila itu.
Demikian pula, masyarakat DSA Wisata Negeri Hila aktif terlibat dalam berbagai komunitas. Misalnya, komunitas Zumama, Hila Photography Club, dan Rumah Kita Hila yang bergerak di bidang seni budaya.
Yang lain, ada Himpunan Kesehatan Hila yang berfokus di bidang sosial dan kesehatan masyarakat. Sementara Hila English Lover Club bergerak di bidang pendidikan, dan Palahi Halawang fokus dalam pelestarian lingkungan hidup.
Potensi Negeri Hila
Warisan alam, sejarah, dan budaya memang menjadi keunggulan tersendiri bagi DSA Wisata Negeri Hila. Namun, masyarakat desa ini juga memiliki sumber pencaharian dalam bentuk lain, yakni penjualan kriya kayu dan kuliner lopis, serta perkebunan pala, cengkeh, dan kakao. Perkebunan sejumlah komoditas itu turut menjadi salah satu destinasi ecotourism di wilayah Leihitu, Maluku Tengah.
Bahkan, desa ini telah mampu mengekspor pala, cengkeh, dan kakao ke Eropa. Hasil panen komoditas pala, misalnya, dapat mencapai enam ton dalam setahun, serta dengan nilai transaksi ekspor yang dapat mencapai Rp1,5 miliar.
Nurdin bisa jadi salah satu tokoh yang menyukseskan perdagangan komoditas rempah-rempah tersebut. Putra daerah itu telah berkontribusi banyak bagi kemajuan agribisnis di DSA Wisata Negeri Hila.
Ia memulai kiprahnya di bidang ekspor pada 2016. Nurdin terlibat membantu secara langsung petani lokal untuk membangun jaringan ekspor pala, cengkeh, dan kakao dari Ambon menuju pasar Eropa.
Berselang tiga tahun, Nurdin menjadi pemimpin Kelompok Tani Petani Pala Uli Halawang Hila. Hampir bersamaan, pria itu juga yang berperan dalam membantu hasil panen pala beroleh sertifikasi dari Uni Eropa.
Inovator Pala Maluku itu secara aktif bekerja sama dengan pemerintah demi membangun jaringan ekspor pala, cengkeh, dan kakao menuju sejumlah negara, yakni Cina, India, Amerika Serikat, Kanada, dan banyak negara Eropa lainnya.
Mata pencaharian beragam, serta komunitas aktif, merupakan aspek penting dalam pengembangan masyarakat DSA Wisata Negeri Hila. Wilayah ini pun memiliki motto untuk menjadi desa Ceria, akronim dari cepat, efisien dan efektif, ramah, ikhlas, dan akuntabel.
Pun, bagi Astra, semangat warga DSA Wisata Negeri Hila dalam mengembangkan potensi desanya untuk masa kini, dan masa depan Indonesia, sejalan dengan cita-cita untuk sejahtera bersama bangsa, serta mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) Indonesia.