Advertisement
Advertisement
Analisis | Mengapa Keparahan Gelombang Baru Covid-19 Tak Merata di Dunia? - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Mengapa Keparahan Gelombang Baru Covid-19 Tak Merata di Dunia?

Foto: Joshua Siringo Ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Dunia tengah menghadapi gelombang baru Covid-19 varian Delta. Meski jumlah kasus positifnya tinggi, tingkat keparahan penyakit hingga kematian di berbagai negara berbeda-beda. Selain faktor pengetatan kegiatan, kunci utamanya adalah vaksinasi. Negara dengan tingkat vaksinasi tinggi, rasio kematiannya tergolong rendah, bahkan di bawah 1%. Bagaimana dengan Indonesia?
Dimas Jarot Bayu
16 Juli 2021, 15.09
Button AI Summarize

Munculnya varian baru Covid-19, seperti Delta, telah menyebabkan lonjakan kasus di sejumlah negara. Tak terkecuali Indonesia yang dalam kurun sebulan mengalami kenaikan hingga 400%. Dari rata-rata sepekan 8 ribu kasus per hari pada pertengahan Juni menjadi 40 ribuan kasus pada pertengahan Juli 2021.

Varian baru ini sangat gampang menular, bahkan hanya dengan saling berpapasan. Berdasarkan studi tim peneliti gabungan dari WHO, London School of Hygiene and Tropical Medicine, dan Imperial College London, tingkat penularan varian Delta 97% lebih tinggi dibandingkan varian aslinya. Ini sekaligus yang tercepat dibandingkan varian baru lainnya.

Meski tidak mampu sepenuhnya menahan penularan, vaksinasi menjadi faktor penting untuk mengurangi keparahan serta kematian akibat Covid-19. Di tanah air, seperti dilansir dari sejumlah pemberitaan sekitar 80% pasien yang dirawat di Wisma Atlet belum pernah divaksinasi. Bahkan sekitar 90% kasus meninggal tidak mendapatkan vaksin sebelumnya.

Hal ini dapat terlihat juga dari kasus di sejumlah negara, seperti di Belanda, Israel, Inggris, Amerika Serikat, dan Spanyol. Negara-negara tersebut telah melakukan vaksinasi terhadap lebih 40% warganya. Meskipun kasus di sejumlah negara tersebut mengalami peningkatan, tetapi tingkat kematiannya rendah.

Inggris misalnya, dalam sebulan terjadi kenaikan sekitar 380% dari pertengahan Juni ke pertengahan Juli. Begitu juga dengan Belanda dan Spanyol yang rata-rata kasus sepekannya masing-masing naik 535% dan 319% pada periode yang sama. Bahkan Israel mengalami lonjakan rata-rata kasus hingga 3.656%.

Sementara di Amerika Serikat rata-rata kasus sepekan naik 83% dalam sebulan. Kendati demikian, total tambahan harian rata-rata kasusnya mencapai lebih 25 ribu. Demikian pula di Inggris yang hampir mencapai 35 ribu kasus, sedangkan di Spanyol mendekati 21 ribu kasus per hari.

Kendati kasusnya meningkat, tetapi angka kematian di negara-negara tersebut cenderung turun. Bahkan rasio kematian akibat Covid-19 per 1 juta penduduk ada di bawah 1%. Penurunan tersebut seiring semakin banyaknya warga yang mendapatkan vaksinasi. 

Halaman:

Editor: Aria W. Yudhistira