Semakin tua risiko kematian akibat Covid-19 semakin tinggi. Data Satgas Covid-19 menyebutkan, penderita berusia di atas 60 tahun hanya 11 persen. Namun angka kematian di kelompok usia lanjut usia (lansia) tersebut mencapai 48% per 13 April 2021. Karenanya penting melakukan vaksinasi lansia atau untuk usia lanjut.
Persoalannya sebagai salah satu cara menghadang penularan virus corona, vaksinasi untuk lansia berjalan lambat. Dari target 21,6 juta orang sampai Juni 2021, pemerintah baru memvaksin 9,8% lansia untuk dosis pertama. Sedangkan untuk dosis kedua hanya 3,4% setelah hampir dua bulan program vaksinasi berjalan.
Sementara kelompok prioritas lain seperti tenaga kesehatan, cakupannya sudah 90% untuk dosis pertama dan kedua. Sedangkan petugas publik 39,3% sudah menerima suntikan pertama dan 19,6% untuk dosis kedua.
Pemerintah merasa perlu mempercepat vaksinasi terhadap lansia, mengingat hari raya Idul Fitri di depan mata. Momentum Lebaran biasanya menjadi ajang berkumpul keluarga di rumah orang tua.
“Itu (kunjungan ke orang tua) yang sangat berbahaya dan bisa membuat fatal pada orang tua mereka,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam rapat kerja bersama DPR pada 9 April 2021.
Pemerintah mengakui banyak menemui kendala untuk memvaksinasi lansia. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Siti Nadia Tarmizi mengatakan, sekurangnya 36 kabupaten/kota belum memulai vaksinasi bagi penduduk lansia hingga 6 April 2021. Hal ini karena pemerintah daerah masih memfokuskan vaksinasi petugas publik.
Selain itu, banyak hambatan akses ke lokasi vaksinasi. Menurut Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Reni Rondonuwu, sentra vaksinasi banyak tersedia di pusat kota, tetapi belum sampai ke tingkat kecamatan dan desa.
Padahal lansia membutuhkan sentra vaksinasi yang dekat dan terjangkau dengan tempat tinggalnya. Hal ini karena kondisi fisik mereka sudah menurun dan tidak semuanya memiliki pendamping untuk mengantar ke lokasi vaksinasi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 20% lansia di Indonesia hanya tinggal dengan pasangannya, bahkan 9,4% tinggal sendiri pada 2019.
Kemudian, lansia juga mengalami hambatan dalam pendaftaran vaksinasi corona. “Mungkin mereka belum paham untuk cara mendaftar. Apalagi kalau pendaftarannya kita lakukan secara online, ini harus dibantu,” kata Nadia dalam webinar “Tugas Mulia, Urus Lansia” yang diadakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional pada 6 April 2021.
Terlepas dari berbagai kendala tersebut, masih ada lansia atau anggota keluarganya yang ragu akan keamanan dan efektivitas vaksin corona. Mereka pun khawatir dengan situasi dan penerapan protokol kesehatan di sentra-sentra vaksinasi. Keraguan dan kekhawatiran ini menyebabkan lansia belum mendaftar atau mendapatkan vaksin.
Karena itu, pemerintah melonggarkan ketentuan vaksinasi Covid-19 bagi lansia untuk meningkatkan cakupannya. Salah satunya, lansia bisa memperoleh vaksin di semua pos layanan dan sentra vaksinasi. Lokasi tidak lagi terbatas berdasarkan alamat Kartu Tanda Penduduk (KTP), juga tidak perlu membawa surat keterangan domisili.
Dengan begitu, partisipasi lansia dalam vaksinasi Covid-19 diharapkan mampu meningkat signifikan. “Target kita di akhir Juni 2021, 90% penduduk usia di atas 60 tahun sudah mendapatkan penyuntikkan dosis pertama. Sisanya akan berjalan (setelah Juni 2021) karena ada kondisi-kondisi terkait penundaan vaksin tersebut,” kata Nadia.
Epidemiolog dari Universitas Griffith Dicky Budiman mengusulkan agar Puskesmas melakukan sistem jemput bola. Misalnya menghubungi dan memastikan kedatangan lansia di fasilitas kesehatan itu untuk vaksinasi. Kemudian, pemerintah daerah bisa melakukan sosialiasi vaksin corona melalui komunitas senam, alumni sekolah, dan lainnya yang diikuti para lansia.
Editor: Aria W. Yudhistira