Advertisement
Analisis | Peluang dan Tantangan Membuka Kembali Pariwisata Bali - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Peluang dan Tantangan Membuka Kembali Pariwisata Bali

Foto: Joshua Siringo Ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Pariwisata Bali sangat terpukul oleh pandemi Covid-19. Di tengah pandemi yang menghantui, pemerintah berencana membuka kembali pariwisata Pulau Dewata untuk membangkitkan ekonomi daerah dan nasional. Bagaimanakah peluang dan tantangan yang dihadapi?
Annissa Mutia
1 Oktober 2021, 15.07
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Sepi menyelimuti kawasan Kuta, Bali. Tak tampak aktivitas turis berlalu-lalang di salah satu ikon pariwisata Pulau Dewata yang biasanya sibuk. Tak hanya Kuta, hampir setiap sudut di provinsi ini senyap. Kafe-kafe sepi pengunjung dan penjual cenderamata tidak lagi memiliki pembeli. Ini terjadi setelah krisis Covid-19 sejak lebih setahun lalu.

Pandemi Covid-19 benar-benar telah melumpuhkan tulang punggung perekonomian Bali. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, ekonomi provinsi tersebut mengalami kontraksi hingga minus 9,85 persen pada 2020. Kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) turun hingga 83,26% dari 6,2 juta pada 2019 menjadi hanya 1 juta pada 2020.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno memperkirakan, hampir 2 juta orang terancam kehilangan pekerjaan di sektor pariwisata karena pandemi covid-19 yang belum berakhir. 

Pukulan terhadap pariwisata Bali bertambah keras tatkala gelombang Covid-19 kembali melonjak akibat varian Delta. Berdasarkan data BPS, hanya ada 803.378 wisman yang datang ke Indonesia sepanjang semester I-2021. Jumlah itu menyusut 74,33% dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 3,13 juta kunjungan.

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) memperparah angka kunjungan ke Bali. Ini tercermin dari nihilnya kunjungan wisman ke Bali pada Juli 2021. Tercatat wisman ke Bali hingga Juli 2021 total hanya sebanyak 43 kunjungan, turun 99,99% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar 1.069.181 kunjungan.

Minimnya kunjungan wisman itu berimbas pada tingkat hunian hotel berbintang di Provinsi Bali. Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di Bali mengalami penurunan sebesar 11,45 poin dari 16,68% pada Juni 2021 menjadi 5,23% pada Juli 2021. Penurunan terbesar terdapat pada TPK hotel bintang 5, yakni 16,94 poin dari 22,61% menjadi 5,67%.

 

Pengendalian Pandemi Menjadi Kunci

Industri pariwisata Bali diyakini akan segera pulih. Bangkitnya geliat pariwisata Bali akan menjadi ombak awal untuk melanjutkan pemulihan pariwisata di wilayah lainnya di Indonesia. Sinyal positif kembali dibukanya pariwisata Bali melihat beberapa faktor pengendalian pandemi Covid-19. 

Pertama, kebijakan PPKM yang paralel menurunkan angka kasus Covid-19 di Pulau Dewata. Meski berdampak terhadap geliat ekonomi pariwisata Bali, pembatasan mobilitas berhasil menurunkan penularan virus corona.

Kasus Covid-19 Provinsi Bali selama 20-26 September menurunan dari 2,001 menjadi 1,514 kasus. Angka ini termasuk terendah di antara provinsi di Jawa-Bali lainnya. Hingga kini, Pulau Jawa-Bali masih menerapkan PPKM level 3.

Selain itu, bed occupancy rate (BOR) atau keterisian rumah sakit Covid-19 di Bali juga memperlihatkan tren penurunan. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada  21 September, BOR rumah sakit Bali mencapai 24.38% per minggu. Kemudian angka keterpakaian tempat tidur rumah sakit Covid-19 di Bali konsisten menurun menjadi 15.56% pada 29 September 2021. Artinya, sudah jauh di bawah standar aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 60%.

Kedua, Bali juga menjadi daerah prioritas program vaksinasi. Langkah ini bertujuan untuk mempercepat pemulihan guna menggiatkan pariwisata. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 29 September 2021, Bali merupakan daerah kedua yang mencatatkan persentase vaksinasi dosis lengkap tertinggi di Indonesia.

Cakupan vaksinasi dosis 1 di provinsi Bali, telah mencapai 97,63%. Angka ini setara dengan 3,32 juta peserta vaksin dari target yang ditetapkan sebanyak 3,41 juta orang. Sementara untuk vaksinasi dosis 2 telah tercapai 77,42% dari target.

Berdasarkan kelompok sasaran, rincian vaksinasi untuk menangkal virus Covid-19 di provinsi ini yakni kelompok SDM kesehatan dengan target 36,84 ribu peserta. Pada dosis 1, berhasil dilakukan vaksinasi sebanyak 36,84 ribu jiwa (140,96% target) dan untuk vaksinasi dosis 2 telah tercapai 133,98% atau 49,36 ribu jiwa.

Kemudian vaksinasi ke petugas publik dengan target 338,39 ribu jiwa. Vaksinasi dosis 1 dilaporkan telah mencapai 1,13 juta jiwa (334,53% target) dan dosis 2 dengan capaian 287,11% atau berhasil tersalurkan sebanyak 971,56 ribu jiwa.

Ketiga, Bali merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kepatuhan protokol kesehatan tertinggi. Tingkat kepatuhan memakai masker di Jakarta, Sumatera Utara, Papua, Sumatera barat, dan Sulawesi Utara berada di kisaran 75-79%. Sementara, Bali memiliki tingkat kepatuhan memakai masker yang tertinggi, yakni 98,2%. Provinsi lain yang juga memiliki tingkat kepatuhan memakai masker adalah Sulawesi Tengah dengan persentase sebesar 95,7%.

Data Satuan Tugas Penanganan COVID-19 (Satgas COVID-19) menunjukkan risiko penularan COVID-19 tanpa berperilaku 3M, bisa mencapai 100%. Dengan mencuci tangan risiko tertular turun 35%, ditambah memakai masker kain risikonya turun menjadi 45%, apabila memakai masker bedah menurunkan risiko tertular hingga 70%, lalu ditambah dengan menjaga jarak 1 meter menurunkan risiko hingga 85%. Efektivitas inilah yang mendasari protokol kesehatan 3M, yaitu Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak adalah upaya utama untuk dijalankan seluruh masyarakat. 

Harapan Dibukanya Pariwisata Bali

Sejumlah negara-negara di Asia Tenggara tengah bersiap membuka destinasi wisatanya. Dua destinasi seperti Phuket di Thailand dan Pulau Phu Quoc di Vietnam, telah membuka pariwisata khusus untuk wisman yang telah divaksin penuh. Sementara Langkawi, Malaysia, sejauh ini hanya terbuka untuk wisatawan domestik.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno telah mengindikasikan bahwa pembukaan kembali Bali dapat dilakukan dalam waktu dekat. “Jadi Bali is ready,” ujar  Sandiaga di kawasan Seminyak, Bali, Sabtu  (25/9).

Dalam laporan Organisasi Pariwisata Dunia atau World Tourism Organization (UNWTO), kebijakan perjalanan internasional di 217 negara mulai longgar pada 1 Juni 2021 dibanding pertengahan 2020. Meski demikian, sejumlah negara masih memutuskan tak membuka perbatasan internasionalnya secara penuh, sama seperti awal pandemi virus corona Covid-19.

Di Asia Pasifik, mayoritas atau 70% negara masih menutup penuh perbatasannya. Hanya 21% negara yang mulai menutup perbatasannya secara parsial. Sementara, 9% negara lainnya menerapkan kebijakan wajib tes Covid-19 dan karantina. Baru negara-negara di benua Eropa dan Amerika sebagian sudah mulai mencabut perbatasannya mengingat tingkat vaksinasi penduduk yang sudah terus meningkat. 

Namun, tampaknya pemerintah masih berhati-hati terhadap rencana pembukaan pariwisata Pulau Dewata mengingat Indonesia masih berperang melawan penularan virus corona. Hingga saat ini Kementerian Perhubungan menegaskan, hanya ada dua pintu masuk untuk penerbangan international, yaitu Bandara Soekarno Hatta Jakarta, dan Bandara Sam Ratulangi Manado.

Kendati belum resmi membuka pariwisata Bali, peluang dibukanya pariwisata di pulau ini sudah mulai terlihat. Selain mengendalikan kasus dan penularan Covid-19, pemerintah kini tengah mempersiapkan sejumlah kebijakan. Salah satunya, para pelaku usaha pariwisata Bali diharuskan memperoleh sertifikasi CHSE.

CHSE adalah singkatan dari Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment (Ramah lingkungan). CHSE mulai diterapkan di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia sejak September 2020.

Sertifikasi CHSE merupakan proses pemberian sertifikat kepada Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya untuk memberikan jaminan kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.

Berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Provinsi Bali sudah memiliki 1.431 sertifikat CHSE, dengan 625 sertifikat dimiliki oleh bidang usaha hotel, 344 sertifikat dimiliki rumah makan, dan 340 sertifikat dimiliki pondok wisata.

Meski berbagai kalangan tak sabar untuk segera membuka pariwisata Bali, memberikan harapan terhadap pertumbuhan ekonomi yang masih terpuruk, berbagai macam aspek dan kebijakan kesehatan tetap perlu diperhatikan. Jangan sampai pembukaan destinasi pariwisata Bali juga menambah beban sektor kesehatan Tanah Air. 

Editor: Aria W. Yudhistira