Advertisement
Analisis | Otak-atik Kans Calon Wakil Presiden di Ajang Pilpres 2024 - Analisis Data Katadata
ANALISIS

Otak-atik Kans Calon Wakil Presiden di Ajang Pilpres 2024

Foto: Joshua Siringo ringo/ Ilustrasi/ Katadata
Sampai saat ini belum ada bakal capres yang sudah menentukan calon pasangannya untuk berlaga di Pilpres 2024. Survei elektabilitas oleh sejumlah lembaga menunjukkan Ridwan Kamil memiliki tingkat keterpilihan tinggi. Namun otak-atik nama bakal cawapres masih digodok karena belum ada pasangan yang memiliki elektabilitas di atas 50%, sebagai syarat memenangi pilpres. Siapa pasangan yang berpeluang paling besar meraih suara tertinggi?
Reza Pahlevi
21 Maret 2023, 08.15

Jika kandidat calon presiden (capres) yang akan berlaga pada Pilpres 2024 sudah mengerucut, tidak demikian bakal calon wakil presiden (cawapres). Nama-nama calon RI-2 tersebut sudah berseliweran, tetapi belum ada satu bakal capres yang telah menyebut calon pasangannya.

Anies Baswedan yang diusung Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat, masih menimbang calon yang akan mendampinginya di ajang pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Ada nama Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang kerap disandingkan, tapi belum ada kesepakatan resmi. 

Begitupula Prabowo Subianto yang diusung Partai Gerindra dan PKB yang juga belum memutuskan. Belakangan ada peluang menduetkannya dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Ganjar yang memiliki tingkat elektabilitas tertinggi dari sejumlah survei, sampai sekarang belum memperoleh tiket dari partainya sendiri PDIP. Hal ini menyebabkan rumor memasangkannya dengan Prabowo semakin santer. 

Peluang duet Prabowo dan Ganjar sebagai capres-cawapres atau sebaliknya, muncul setelah keduanya berada dalam satu frame dengan Presiden Joko Widodo saat panen raya di Kebumen, Jawa Tengah, pada 9 Maret 2023. 

Meski begitu, Jokowi menampik adanya muatan politik dalam mempertemukan keduanya. “Kebetulan Pak Prabowo mau ke Magelang, saya ajak bareng,” kata Jokowi.

Elektabilitas Cawapres Paling Unggul

Sampai saat ini, ada beberapa nama yang kerap muncul dalam bursa cawapres untuk Pilpres 2024. Nama-nama ini meliputi menteri, kepala negara, dan ketua umum partai.

Misalnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Dari kelima nama tersebut, hanya Erick Thohir yang tidak terikat partai. Sementara, Ridwan Kamil sudah resmi menjadi anggota Golkar, Sandiaga Uno anggota Gerindra, AHY adalah Ketua Umum Demokrat, dan Khofifah adalah kader PKB.

Survei Indikator mencatat Ridwan Kamil menjadi cawapres dengan elektabilitas tertinggi dalam survei Desember 2022. Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas mantan Wali Kota Bandung tersebut mencapai 21,6% pada Desember 2022.

Jika dilihat dalam setahun terakhir, pria yang akrab disapa Kang Emil ini memimpin bursa cawapres sejak Juni 2022. Sebelumnya, nama Sandiaga Uno yang bertengger di atas sejak Desember 2021 hingga April 2022.

Peneliti Indikator Politik, Bawono Kumoro mengatakan, meningkatnya elektabilitas Ridwan Kamil terjadi setelah tragedi yang menimpa keluarganya pertengahan tahun lalu. Anak Ridwan Kamil, Emmeril Khan Mumtadz, meninggal hanyut di Sungai Aare, Swiss, pada 26 Mei 2022.

“Peristiwa itu membuat atensi publik sangat tinggi terhadap Kang Emil,” kata Bawono kepada Katadata.co.id, Rabu (15/3).

Unggulnya Ridwan Kamil juga terjadi di ketiga basis capres terkuat saat ini, yaitu Ganjar, Anies, dan Prabowo. Sebanyak 29,3% responden pemilih Ganjar dalam simulasi tiga nama capres memilih Ridwan Kamil sebagai cawapresnya.

Demikian pula 22,1% pemilih Prabowo juga lebih memilih Ridwan Kamil sebagai cawapresnya. Persentase ini bahkan lebih besar dibanding responden yang memilih pasangan Prabowo pada Pilpres 2019 lalu, Sandiaga Uno. Hanya 18,2% pemilih Prabowo yang menginginkan Sandiaga kembali mendampinginya.

Ridwan Kamil baru kalah saing dalam basis pemilih Anies Baswedan, meski tipis. Sebanyak 27,6% memilih AHY untuk mendampingi Anies, sedikit lebih tinggi dibanding 26,2% pemilih Anies yang menginginkan Ridwan Kamil sebagai cawapres.

Siapapun Cawapresnya, Elektabilitas Ganjar Tertinggi

Meski ada preferensi terhadap satu tokoh sebagai cawapres, ternyata tidak berpengaruh besar terhadap elektabilitas pasangan capres-cawapres. Simulasi untuk tiga pasangan yang dilakukan Charta Politika menemukan Ganjar tetap teratas siapapun cawapresnya.

Charta Politika melakukan simulasi yang memasangkan Ganjar dengan empat cawapres dalam surveinya pada Desember 2022. Keempat cawapres ini adalah Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Ridwan Kamil, dan Prabowo.

Hasilnya, pasangan Ganjar-Airlangga dapat meraih suara 34,6%, duet Ganjar-Erick meraih 33,8%, dan Ganjar-Ridwan Kamil meraih 35,3%. Berpasangan dengan Ridwan Kamil mendatangkan suara terbanyak dibandingkan dengan dua cawapres lainnya tetapi tidak begitu signifikan.

Sementara, Anies terus berada di peringkat dua dalam empat simulasi yang memasangkannya dengan AHY, Ahmad Heryawan, dan Ridwan Kamil. Anies mendapat suara terbesar jika menggandeng Ridwan Kamil, tetapi masih belum membuatnya unggul dari Ganjar.

Hasil simulasi juga menunjukkan kemungkinan besar jika ada tiga pasangan, pilpres akan berlangsung dua putaran. Ganjar dan Anies kemungkinan bertarung di putaran kedua. Ini karena tidak ada satupun pasangan capres-cawapres yang dapat meraih suara di atas 50% dalam simulasi ini.

Dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017, Anies juga pernah menempuh pemilihan hingga putaran dua. Kalah dari Ahok dalam putaran pertama, Anies menang dalam putaran kedua dengan menarik suara AHY yang gugur dalam putaran pertama.

Peluang Prabowo Berpasangan dengan Ganjar

Simulasi dalam survei Charta Politika juga menunjukkan simulasi yang memasangkan Ganjar dan Prabowo. Hasilnya, berpasangan dengan Ganjar dapat menjadi kesempatan terbesar bagi Prabowo memenangkan Pilpres untuk pertama kalinya.

Dalam simulasi tersebut, pasangan Ganjar-Prabowo dapat mendulang suara hingga 45,3%. Persentase ini juga jauh lebih besar dibanding simulasi pasangan Ganjar lainnya.

Meski begitu, suara tersebut masih belum cukup untuk memenangi pilpres dalam satu putaran. Memenangi pilpres dalam satu putaran perlu memiliki suara lebih dari 50% dengan 20% suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia.

Apakah Prabowo bersedia dicalonkan sebagai wapres, alih-alih capres? Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan Gerindra terbuka memasangkan Prabowo dan Ganjar tetapi dengan satu syarat.

“Pak Prabowo calon presiden,” kata Hashim yang juga adik Prabowo ini, pada Minggu, 12 Maret seperti dikutip dari Antara.

Di sisi lain, Prabowo tidak punya kesempatan besar untuk menang dalam kesempatan pilpres ketiganya jika menggandeng cawapres dari PKB. Baik Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar maupun Khofifah tidak dapat mendongkrak suara Prabowo, bahkan hanya untuk mengungguli Anies.

Editor: Aria W. Yudhistira