JK: Kita Bisa Belajar Mengelola Energi dari Kolapsnya Venezuela

Anggita Rezki Amelia
8 September 2016, 21:07
Wapres Kalla
Arief Kamaludin|KATADATA

Pemerintah harus belajar dari pengalaman pahit Venezuela dalam mengelola sektor energi. Negara berjuluk Land of Grace atau "Negeri Yang Mulia" itu sekarang harus merugi akibat pemanfaatan sumber energi yang keliru.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, Venezuela memang merupakan salah satu negara yang memiliki sumber minyak besar di dunia. “Tapi saat ini mencari makan saja susah, sangat miskin,” kata dia dalam Forum Ketahanan Energi di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis (8/9). (Baca: Arab Saudi dan Venezuela pun Mengeluhkan Subsidi BBM)

Advertisement

Menurut dia, Venezuela memperlakukan energi yang dimiliki dengan sangat murah. Akhirnya negeri itu kolaps ketika harga minyak turun karena 95 persen penghasilannya mengandalkan minyak.

Indonesia, menurut JK, panggilan akrab Kalla, dulu juga mengalami hal yang sama, yakni masih tergantung pada sektor minyak dan gas bumi (migas) untuk penerimaan negara. Bahkan, 80 persen pendapatan diperoleh dari sektor tersebut.

Tapi, saat ini sektor migas hanya menyumbang sekitar 25 persen ke penerimaan negara. “Jadi kami menyesuaikan diri,” ujar Kalla.  

Di sisi lain, pemerintah terus mendorong mewujudkan ketahanan energi. Namun, ada beberapa tantangan yang dihadapi. (Baca: Pemerintah Pacu Eksplorasi Laut Dalam untuk Ketahanan Energi)

Pertama, penghematan energi. JK meminta masyarakat menghemat energi agar ketahanan energi dapat direalisasikan, seperti mematikan lampu atau televisi jika tidak diperlukan.

Kedua, efisiensi pemanfaatan sumber energi. Saat ini, Indonesia masih tergantung pada energi fosil. Sektor transportasi menjadi penyerap energi fosil terbanyak sebesar 95 persen. Padahal, energi fosil akan habis sedangkan sumber energi lain belum secara masif dikembangkan pemerintah.

Belum lagi, produksi juga terus menurun. Pada tahun 1985, produksi minyak Indonesia mencapai 1,5 juta barel per hari (bph). Namun, sekarang tinggal setengahnya yaitu 800 ribu bph. “Tentu kita tahu semua harga juga berpengaruh kepada keadaan ekonomi ini," kata JK. (Baca:Tak Ada Proyek Besar, Lifting Minyak Anjlok 40 Persen Hingga 2020)

Tantangan ketiga, pertumbuhan penduduk sehingga pemerintah mau tidak mau harus menyediakan sumber energi yang lebih besar lagi.  "Namun kebutuhan energi Indonesia termasuk yang rendah di Asia, kita masih kalah dari Singapura dan Thailand," ujar dia. 

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement