BPS: Inflasi April 0,1 % Dipengaruhi Panen Raya
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi pada April 2018 sebesar 0,1 persen secara bulanan (month to month) atau 3,41 persen secara tahunan (year on year). Level inflasi ini lebih rendah dari bulan sebelumnya 0,2 persen.
Menurut Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Yunita Rusanti, inflasi yang terkendali ini disebabkan oleh musim panen raya. “Panen raya bulan lalu sudah terlihat. Itu yang mempengaruhi,” kata Yunita Rusanti di kantornya, Jakarta, Rabu (2/5).
Dalam paparannya, inflasi April terutama disebabkan oleh kenaikan harga makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, serta kenaikan harga Pertalite. Harga makanan jadi, minuman, dan tembakau mengalami inflasi 0,24 persen. Kelompok makanan jadi mengalami inflasi 0,17 persen, minuman tidak beralkohol 0,17 persen, serta tembakau dan minuman beralkohol 0,44 persen. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu rokok kretek filter sebesar 0,01 persen.
Pada komoditas sandang, inflasinya 0,29 persen. Komoditas sandang memberikan andil terhadap inflasi April sebesar 0,02 persen. Inflasi ini terjadi akibat permintaan emas perhiasan menjelang Ramadan yang berandil 0,01 persen. (Baca: Konsensus Ekonom: Inflasi April Makin Rendah Dipicu Masa Panen).
Sementara itu, transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,19 persen. Sektor ini menyumbang inflasi April 2018 sebesar 0,03 persen. Penyebab yang paling dominan yaitu kenaikan bensin nonsubsidi.
Untuk bahan makanan, komoditas yang mengalami inflasi yaitu bumbu-bumbuan sebesar 1,27 persen dan terendah kacang-kacangan 0,12 persen. (Baca: Indeks Bahan Makanan Turun, Inflasi April 0,1 Persen).
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami deflasi alias penurunan harga. Pada komponen bahan makanan, deflasi tertinggi pada padi-padian, umbi-umbian sebesar 1,79 persen. Sementara deflasi terendah ialah lemak dan minyak sebesar 0,03 persen.
Deflasi lebih dipengaruhi oleh turunnya harga beras yang berkontribusi terhadap deflasi 0,08 persen. Kemudian, ikan segar memberikan andil deflasi -0,03%, dan cabe merah 0,03 persen.
Dari 82 kota yang didata BPS, sebanyak 54 kota mengalami inflasi dan 28 kota deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Merauke sebesar 1,32 persen dan terendah di Padang dan Kudus sebesar 0,01 persen. Sementara, deflasi tertinggi di Tual sebesar -2,26 persen dan terendah di Medan, Bandar Lampung, dan Tegal masing-masing -0,01 persen.
Adapun inflasi inti April sebesar 0,15 persen sedangkan secara tahunan 2,69 persen. Kemudian, inflasi komponen energi sebesar 0,30 persen antara lain disebabkan oleh kenaikan BBM nonsubsidi.
Menurut Yunita, pelemahan rupiah belum memberikan dampak besar terhadap inflasi April. Namun demikian, nilai tukar mata uang Indonesia terhadap Amerika Seikat tersebut mempengaruhi inflasi impor (imported inflation) seperti terigu, kedelai, dan jagung. “Kalau terigu kaitannya dengan mie dan roti. Pengaruh pelemahan rupiah itu masih kecil,” kata dia.
Sementara untuk bahan nonpangan, pelemahan rupiah dapat memberikan dampak kepada impor bahan baku. Namun, Yunita mengatakan belum ada dampak pada komponen bahan nonpangan.
Ke depan, dia memperkirakan inflasi akan terbagi dua, yaitu saat puasa pada Mei dan saat Lebaran pada Juni. Komoditas yang mempengaruhi inflasi ialah bahan makanan seperti daging ayam, sapi, telur, dan kentang. (Baca: Pemerintah Prediksi Inflasi Ramadan Tak Melonjak Signifikan).
