Produsen Tekstil Targetkan Ekspor US$ 30 Miliar pada 2025

Michael Reily
14 September 2018, 18:11
Pabrik Konveksi Pan Brothers
Katadata

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencanangkan target ekspor tekstil dan produk tekstil sebesar US$ 30 miliar pada 2025 atau tumbuh dua kali lipat dari realisasi ekspor tahun lalu sebesar US$ 13 miliar. Pelaku usaha pun tengah mengkaji road map (peta jalan) untuk mengejar target tersebut.

Ketua API Ade Sudrajat menyatakan pembaharuan peta jalan industri TPT  saat ini diperlukaan untuk menyikapi ketidakpastian perdagangan global. “Kita harus bersikap moderat untuk melindungi industri tekstil dalam negeri,” kata Ade di Bandung, Jawa Barat, Jumat (14/9).

Dia menjelaskan, road map akan menjawab tantangan dalam industri negeri dan juga akses pasar luar negeri. Alasannya, peningkatan ekspor bisa membantu pemasukan devisa negara.

Ade pun mengungkapkan, industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri saat ini sudah tersusul oleh negara-negara berkembang lain seperti Vietnam, Bangladesh, Myanmar, dan Kamboja. Oleh karena itu, dia mengajak para pelaku usaha dalam industri tekstil untuk bekerja sama dengan pemerintah mendorong pertumbuhan industri ini.

(Baca : Pemerintah Gandeng Sri Lanka Buka Akses Pasar Tekstil ke Uni-Eropa)

Vice President Director PT Pan Brothers Tbk Anne Patricia Sutanto menyatakan ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia baru mencapai US$ 13 miliar pada tahun lalu. “Kita harus bekerja sama untuk memperkuat industri dalam negeri supaya dapat bersaing di pasar global,” ujar Anne.

Alasannya, mayoritas pelaku usaha industri tekstil dan produk tekstil masih didominasi oleh usaha kecil dan menengah dengan persentase sekitar 70%,  sedangkan 30% sisanya berasal dari kalangan industri besar. Selain itu, menuurt data API, utilisasi industri ini pun masih tergolong  rendah yakni 49,69% dengan total produksi sebantak 6,1 juta ton dari jumlah kapasitas terpasang sebanyak 12,4 juta ton.

Karenanya setidaknya ada dua hal yang dibutuhkan pelaku usaha dari pemerintah, yaitu kebijakan untuk mendorong peningkatan akses pasar, seperti melalui  perjanjian dagang internasional.  Selain itu, dukungan pada perlindungan pasar melalui kebijakan pengawasan impor.

“Pelaku usaha mestinya memakai bahan baku yang tersedia di sini, kalau harus impor hanya oleh produsen tekstil dan produk tekstil supaya pasar tidak terdistorsi,” katanya.

Selain dari sisi kebijkan, produsen tekstil juga mengingkinkan adanya iklim usaha yang kondusif untuk mendukung kelangsungan kegiatan industri maupun investasi. 

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...