Tiga Faktor Turunnya Kinerja Chandra Asri di Semester I 2019
Meski begitu, Suryandi mengatakan pasar petrokimia di dalam negeri masih cukup kuat. Sebab, pasokan petrokimia dalam negeri baru bisa memenuhi 40% kebutuhan dalam negeri.
"Untuk di dalam negeri memang peluangnya masih sangat besar, karena masih kurang, makanya masih banyak impor," ujarnya.
(Baca: Industri Hulu Petrokimia Belum Siap Terapkan Industri 4.0)
Adapun, TPIA mencatatkan laba bersih pada semester pertama tahun ini sebesar US$ 32,9 juta atau Rp 463,2 miliar (asumsi kurs Rp 14.080 per dolar AS). Perolehan laba tersebut turun 71,4% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 115, 2 juta.
Anjloknya laba bersih perseroan seiring pendapatan yang turun 16% dari US$ 1,2 miliar menjadi US$ 1 miliar. Di sisi lain, beban pokok turun, tetapi hanya sebesar 8,2% menjadi US$ 918 juta.
Dengan demikian, laba kotor perusahaan ikut turun dari US$ 237,81 juta menjadi US$ 134,86 juta. Adapun kerugian kurs yang berkurang signifikan akibat penguatan rupiah tak banyak membantu. TPIA mencatatkan rugi kurs turun dari US$ 7,98 juta menjadi US$ 2,29 juta.
(Baca: Industri Petrokimia Alami Stagnasi Dua Dekade Terakhir)