Laba Adaro Melonjak di Tengah Kejatuhan Kinerja Emiten Batu Bara

Image title
19 Agustus 2019, 11:01
laba bersih, adaro, batu bara, harga batu bara
KATADATA/
PT Adaro Energy Tbk membukukan peningkatan kinerja di tengah kinerja emiten batu bara lainnya yang mengalami penurunan, bahkan hingga merugi.

Selanjutnya, emiten yang mengalami penurunan kinerja keuangan yaitu Indo Tambangraya Megah. Laba bersih ITMG turun 31% yoy menjadi Rp 604,5 miliar, dan laba usaha turun 16,2% menjadi Rp 1,3 triliun. Namun, pendapatan perusahaan tercatat naik 19% menjadi Rp Rp 6,4 triliun. Beban pokok pendapatan naik 5% menjadi Rp 5,10 triliun.

Lalu, laba bersih Bukit Asam turut mengalami penurunan pada kuartal I yaitu sebesar 21% yoy menjadi Rp 16,2 miliar. Laba usaha turun 30% menjadi Rp 20 miliar, pendapatan turun 7,5% menjadi Rp 75 miliar. Namun, beban usaha naik 18% menjadi Rp 53 miliar.

Kemudian, Bayan Resources. Pada kuartal I 2019 laba bersih perseroan turun 30% yoy menjadi Rp 1,2 triliun, laba usaha turun 26% menjadi Rp 2,1 triliun, pendapatan turun 26% menjadi Rp 5,2 triliun. Sedangkan beban pokok pendapatan naik 5,5% menjadi Rp 3 triliun.

Gara-gara Harga Batu Bara Turun

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan harga batu bara menjadi penyebab menipisnya marjin keuntungan perusahaan. "Apalagi bagi perusahaan yang menjual batu bara dengan kalori rendah atau dibawah 6.300," ujarnya, Kamis (15/8).

(Baca: Ada PLTU Mulai Beroperasi, PLN Butuh 109 Juta Ton Batu Bara di 2020)

Ia menjelaskan cara paling efisien untuk menjaga kinerja keungan perusahaan yaitu mengurangi stripping ratio. Stripping ratio adalah perbandingan antara volume masa batuan yang dibongkar (lapisan tanah tertutup) dengan batu bara yang diambil. Menurutnya, kegiatan ini memakan biaya yang besar dalam kegiatan pertambangan.

Pengurangan stripping ratio akan berdampak pada kurangnya cadangan batu bara, namun bisa meminimalkan kerugian perusahaan . "Kalau rendah (stripping ratio) dampaknya ke cadangan, tapi tetap bisa bertahan hidup," ujarnya.

Harga batu bara dunia dan dalam negeri saat ini mengalami tren penurunan harga. Tren ini sudah terjadi sejak akhir tahun lalu. Misalnya saja harga batu bara Newcastle pada akhir tahun 2018 sebesar US$ 100 juta per ton, hingga Juli 2019 harga berangsur turun menjadi US$ 77 per ton.

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang digunakan sebagai acuan penjualan batu bara kalori tinggi yakni 6.300 pun ikut terdampak. Pada Agustus 2018 HBA sempat menyentuh US$ 107,83 per ton. Mulai Oktober berangsur turun hingga Juli 2019 berada di level US$ 71,92 per ton. Setelah itu, naik tipis pada bulan ini menjadi US$ 72,67 per ton.

(Baca: Harga Batu Bara Agustus Naik Disokong Permintaan Tiongkok dan Korea)

Halaman:
Reporter: Fariha Sulmaihati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...