Buaian Ekspor Batu Bara dan Resep Indonesia Menjadi Negara Maju

Image title
22 November 2018, 16:25
industri 4.0
ANTARA FOTO/Risky Andrianto
Pekerja menyelesaikan proses perakitan bodi mobil di pabrik PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Karawang, Jawa Barat, Kamis (29/3/2018). Toyota Manufacturing salah satu pabrik yang menerapkan industri 4.0.

Untuk itu, menurut Bambang, Indonesia harus melakukan reformasi industri. Selain itu, bisa mengembangkan jasa modern. Apalagi saat ini industri manufaktur hanya 20% dari sebelumnya 30%.

Agar mencapai cita-cita itu, ada dua tantangan. Pertama, Indonesia kekurangan insinyur. Kedua, meskipun ada insinyur, tapi yang bekerja sesuai bidangnya hanya sekitar 5.000 orang di Indonesia. Artinya dibutuhkan kontribusi yang lebih besar lagi.

Selain itu, jalan supaya Indonesia menjadi negara maju menurut Bambang adalah keilmuwan. Kemudian, memperbanyak pengusaha di sektor yang berbasis nilai tambah. “Ciri dari negara maju adalah harus banyak enterpreuner. Tidak ada negara maju banyak pegawai negerinya,” kata Bambang.

Menurut Bambang, Indonesia saat ini masih kekurangan pengusaha. Ini terlihat dari daftar orang kaya yang ada di Forbes, tidak banyak berubah dalam kurun waktu hampir 30 tahun.

Salah satu sektor yang bisa dikembangkan dan memiliki nilai tambah yang besar adalah industri kreatif. Jadi jika itu dimaksimalkan potensinya luar biasa. Jadi, harus ada reformasi industri.

Reformasi industri ini penting agar Indonesia lepas dari jebakan pendapatan menengah. Kalau 2040 menjadi negara maju. Indonesia bisa memiliki pendapatan US$ 20 ribu per tahun. Indonesia bisa menempati urutan ke 4 hingga 7 negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Ini karena ada tiga negara yang tidak akan mungkin disusul, yakni Tiongkok, Amerika Serikat dan India.

Target itu bisa ditopang dengan bonus demografi Indonesia dan mengalami puncaknya sekitar 2025 hingga 2030. Bonus demografi ini bisa menjadi emas sebagai tumpuan mencapai negeri maju, seperti Jepang yang memanfaatkan momentum tersebut.

(Baca: RI & Jepang Perkuat Kerja Sama Pertukaran Mata Uang Bernilai US$ 22 M)

Jepang saat itu memanfaatkan bonus demografinya untuk melesatkan ekonomi. Alhasil, ketika saat ini penduduknya sudah memasuki masa menua, sudah menjadi negara maju. “Kita harus memanfaatkan bonus demografi. Jadi kalau kita belum kaya, lalu pensiun susah kan,” ujar dia.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...