Sempat Sentuh US$ 85 per Barel, Harga Minyak Brent Cetak Rekor Baru

Anggita Rezki Amelia
2 Oktober 2018, 18:15
Sumur Minyak
Chevron

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan lonjakan harga minyak tersebut bakal membuat kebutuhan Indonesia akan dolar AS semakin besar untuk pembayaran impor minyak. Ini artinya, defisit perdagangan Indonesia berisiko semakin lebar. Kondisi tersebut bisa memperberat upaya stabilisasi kurs rupiah ke depan.

“Bagi negara net importir minyak seperti Indonesia, naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit (perdagangan) migas yang semakin lebar. Permintaan dolar secara alamiah akan terus meningkat,” kata Bhima kepada Katadata.co.id, Selasa (2/10).

(Baca: Lonjakan Harga Minyak Picu Kurs Rupiah Tembus 15 Ribu per Dolar AS)

Ditemui terpisah, Ketua Komisi VII DPR yang membidangi energi, Gus Irawan Pasaribu  mengatakan harga minyak merupakan hal yang tidak bisa dikontrol. Selain ke nilai tukar, kenaikan harga minyak akan berdampak terhadap keuangan Pertamina, bahkan bisa bangkrut. Padahal menurut Undang-undang, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tidak boleh merugi. 

Gus menilai evaluasi harga BBM per tiga bulan adalah sesuatu hal yang realistis untuk dilakukan.  "Aneh kalau misalnya dipatok sampai 2019. Itu disitu ada korporasi yang terbebani," kata Gus Irawan di DPR, Jakarta, Selasa (2/10).

Saat ini Pertamina menjual Premium dengan harga Rp 6.450 per liter, sementara solar Rp 5.150 per liter. Harga ini tidak berubah sejak April 2016 lalu.

Komisi VII pun sepakat jika subsidi Solar ditambah dari Rp 500 per liter menjadi Rp 2.000 per liter. “Kami bilang boleh, tapi ajukan ke APBN-P.  Saya khawatir kecenderungan sekarang tabrak sana tabrak sini," kata Gus.

Pendiri Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto menilai kenaikan harga minyak global memiliki plus dan minus. Di satu sisi menambah penerimaan migas, di sisi lain membuat beban subsidi energi seperti BBM, elpiji dan listrik membengkak. 

Kenaikan harga minyak juga mempengaruhi neraca perdagangan migas (ekspor-impor). Menurut Pri kenaikan harga minyak akan membuat defisit neraca perdagangan migas membesar. "Hal itu akan semakin memberikan tekanan terhadap nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat," kata dia kepada Katadata.co.id, Selasa (2/10).  

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...