Produksi Migas Pertamina di Semester I Hanya 98,8% dari Target 2020

Image title
27 Juli 2020, 11:04
Pertamina, produksi migas
Donang Wahyu|KATADATA
Ilustrasi, logo Pertamina. Pertamina mencatat produksi migas hingga paruh pertama tahun ini sebesar 884,1 ribu barel setara minyak per hari.

Di sisi lain, PHE terus berkoordinasi dengan konsumen dan SKK Migas untuk mengoptimalkan penyerapan dan penyaluran gas ditengah tantangan penurunan permintaan Hal tersebut juga menjadi faktor yang mendorong meningkatnya penyerapan gas di Blok Jambi Merang maupun Blok Tomori.

Sedangkan, tiga anak usaha lainnya mencatakan realisasi produksi yang belum maksimal. Rinciannya, PHI sebesar 99% atau 745 MMSCFD, PEP sebesar 94% atau 876 MMSCFD, dan PIEP 91% atau 277 MMSCFD.

"Ke depannya, upaya menjaga dan meningkatkan produksi ini akan terus diperkuat melalui pengeboran sumur, workover, perawatan sumur, serta menjaga keandalan fasilitas produksi demi menghindari unplanned shutdown dalam rangka mencapai target produksi 2020,” kata Fajriyah dalam keterangan tertulis, Senin (27/7).

Selain eksploitasi, Pertamina terus mengintensifkan kegiatan eksplorasi. Kabar terbaru datang dari PEP dengan penemuan sumber daya migas baru di Cekungan Jawa Barat, tepatnya di sumur Akasia Prima-1 (AKP-1).

Sumur AKP-1 ditargetkan untuk membuktikan keberadaan hidrokarbon dengan potensi sumber daya prapengeboran (P50) sebesar 75 MMBO (juta barel minyak) dan 10,3 BCFG (miliar kaki kubik gas). Penemuan ini melengkapi kesuksesan PEP sebelumnya dalam menemukan cadangan gas sebesar 333,6 BCFG dari eksplorasi di sumur Wolai-002 di Sulawesi Tengah pada triwulan 1-2020.

Sebelumnya, SKK Migas mencatat setidaknya ada 13 kontraktor yang tak mencapai target lifting migas pada semester I 2020. Mayoritas kontraktor tersebut merupakan anak usaha Pertamina

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menjelaskan sejumlah kendala yang dihadapai oleh Pertamina sehingga tak bisa mencapai target lifting migas. Salah satunya terkait penyerapan gas rendah selama pandemi corona seperti yang dialami oleh PEP. Perusahaan itu juga menghadapi insiden kebakaran di fasilitas produksi gas atau CPP di Gundih.

Sedangkan Pertamina Hulu Energi OSES harus menunda program workover dan well service karena kapal pendukung dipakai untuk insiden kebocoran migas di Lapangan YY Blok ONWJ. "Adapula isu pipa bocor, dan reaktivasi sumur yang tertunda karena pengadaaan rig terhambat dan penyerapan gas yang rendah," kata Dwi.

Faktor lainnya yang menyebabkan lifting migas rendah Pertamina yaitu hasil pengeboran yang tak sesuai target. "Ada juga pengaruh dari unplanned shutdown," ujar Dwi.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...