Bos MIND ID Sebut Holding Bisnis Baterai BUMN Segera Terbentuk

Sorta Tobing
15 Oktober 2020, 15:45
indonesia baterry, inalum, mind id, bumn, nikel, pertamina, pln, pabrik baterai bumn
ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/nz
Pembentukan holding konsorsium badan usaha milik negara untuk menjalankan bisnis baterai ditargetkan selesai satu hingga dua bulan ke depan.

Ada tiga lokasi yang menjadi opsi untuk proyek ini, yaitu Halmahera (Maluku Utara), Konawe Utara (Sulawesi Tenggara), dan Pulau Gag (Papua Barat). Perusahaan pun belum menentukan finalnya soal ini.

Targetnya setelah perusahaan patungan beres, pembangunan pabrik bisa segera dikerjakan. Dalam dua atau tiga tahun, pabrik dapat beroperasi.  

Konsorsium akan membangun pabrik pengolahan nikel dengan metode high pressure acid leaching (HPAL) dan rotary kiln electric furnace (RKEF). Untuk HPAL kapasitasnya 50 kilo ton per tahun dan RKEF 100 kilo ton per tahun.

Hilirisasi ini, Orias mengatakan, dapat memberi nilai tambah komoditas nikel. Harganya akan naik 780 kali lipat ketimbang menjualnya secara mentah atau bijih. Perolehan pajaknya diperkirakan mencapai US$ 1 miliar per tahun.

Permintaan Nikel dan Baterai Akan Naik

Orias melihat tren pertumbuhan dan kebutuhan baterai akan terus meningkat. Di 2027 permintaannya diperkirakan mencapai 800 gigawatt. Naik hampir empat kali lipat dibandingkan saat ini.

Konsumsi nikel pun prediksinya akan naik. Untuk kebutuhan kendaraan listrik saja perkiraannya mencapai 550 kilo ton di 2030 atau naik dua kali lipat dibandingkan tahun ini. “Ada peluang untuk memanfaatkannya, mumpung teknologi baterai masih pakai nikel,” ucap Orias.

Tak hanya untuk kendaraan bermotor, baterai ini juga untuk daerah terpencil yang memakai pembangkit listrik tenaga surya atau PLTS. Lalu, industri migas, pertanian, dan konstruksi juga membutuhkannya. Apabila produk baterai tidak terserap domestik, Orias menyebut potensi untuk menjual ke pasar global pun masih besar.

Menteri BUMN Erick Thohir kemarin mengatakan langkah pemerintah melakukan hilirisasi industri mineral dan batu bara (minerba) mendapat respons positif dari investasi asing. ”Ini bukti kebijakan Indonesia sudah tepat," katanya, dikutip dari Antara.

Dengan kehadiran investasi itu, Indonesia akan semakin kuat dalam daya saing untuk mendukung ketahanan energi. Apalagi, negara ini menguasai 27% nikel global. Hilirisasi akan memberi nilai tambah komoditas itu, sekaligus membangun industri baterai di dalam negeri.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...