Beban Berat Bisnis Penunjang Hulu Migas di Tengah Pandemi

Image title
20 Oktober 2020, 17:34
skk migas, pandemi corona, covid-19, industri penunjang hulu migas
123RF.com/troyzen
Ilustrasi. Pandemi Covid-19 telah memukul industri penunjang hulu migas.

Hal itu tercermin dari belum diselesaikannya Revisi Undang-Undang Nomor 22 tahun 2001 tentang migas. Kemudian posisi Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dibiarkan kosong terlalu lama. Padahal perannya cukup penting dalam menyelesaikan persoalan di sektor hulu.

Lalu, tak adanya kepastian hukum. Saat ini banyak anggota dari APMI yang bangkrut karena tak dibayar oleh KKKS. Namun, mereka tak bisa berbuat banyak karena aturan tender kerap berubah-ubah. Persoalan lainnya adalah tarif harian operasi (THO) yang tidak wajar.

APMI mengaku telah mengirim surat kepada pemerintah terkait persoalan tersebut tapi belum menerima respon. "Jadi mau minta apa? Asosiasi kami tidak ada dalam undang-undang yang akan datang. Bahkan peran kami sebagai mitra sudah selesai. Sekarang satu perusahaan dapat izin tanpa sertifikasi kompetensi yang biasanya APMI keluarkan," kata dia.

Rig Migas Lepas Pantai Pertamina Hulu Energi
Ilustrasi. Proyek migas lepas pantai. (Katadata)

Proyek Hulu Migas Tertunda Akibat Covid-19

SKK Migas menargetkan ada 12 proyek hulu migas dapat berproduksi pada tahun ini. Namun, pandemi corona membuat pelaksanaannya tertunda hingga tahun depan. Salah satu proyek yang terkena imbas adalah Proyek Merakes yang dikelola oleh Eni East Sepinggan Ltd.

Perusahaan asal Italia itu tetap melakukan proses persiapan untuk memulai kembali pengerjaan proyek tersebut. "Ini lagi persiapan. Kami sudah lega sih walaupun mundur 2021," kata Susana.

Ia juga menyebut ada tiga proyek yang seharusnya beroperasi pada tahun 2021 tapi dipercepat pada tahun ini. Dengan begitu, total proyek yang bakal onstream di tahun ini naik menjadi 14 proyek.

Tiga proyek yang mendapat percepatan salah satunya adalah pembangunan Bambu Besar yang dilaksanakan oleh Pertamina EP. Lalu, ada proyek reaktivasi Platform PHE-12 oleh Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO), dan pembangunan fasilitas kompresor gas Sembakung oleh Pertamina EP.

Pelaksanaan proyek-proyek tersebut seharusnya diselesaikan pada 2021, tetapi bisa diselesaikan pada tahun ini. Susana memperkirakan dari total 14 proyek yang ditargetkan rampung tahun ini, ada delapan hingga sembilan proyek yang telah selesai. "Sudah onstream sekitar delapan atau sembilan," ujarnya.

Sebagai informasi, pengeboran sumur eksplorasi di Indonesia cenderung mengalami penurunan. Dalam jangka waktu delapan tahun terakhir, level terendahnya terjadi pada 2018 dengan realisasi pengeboran hanya 21 sumur.

Jumlah blok migas di negara ini juga trennya menurun. Hal ini mulai terjadi usai 2013. Pada 2017 jumlahnya mencapai 255 blok. Terdiri dari 87 blok dalam tahap eksploitasi, 119 blok tahap eksplorasi konvensional, dan 49 blok eksplorasi nonkonvensional.

Halaman:
Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...