PGN Gaet Perusahaan LNG Korsel Kembangkan Bisnis Energi Bersih
PGN menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan perusahaan LNG asal Korea Selatan, SK E&S Co Ltd, dalam rangka pengembangan bisnis energi bersihsekaligus upaya menekan emisi karbon melalui pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS).
Kerja sama pengembangan energi bersih khususnya terkait bisnis gas alam cair (liquid natural gas/LNG), hidrogen, dan CCS. MoU ditandatangani oleh Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan dan Vice President SK E&S Co Ltd Ho Sik Lee di Jakarta, Selasa (22/2).
CEO Subholding Gas Pertamina PT PGN Tbk M Haryo Yunianto menjelaskan PGN dan SK E&S akan menyusun kajian bersama terkait potensi kerja sama pengembangan hidrogen dan CCS di Indonesia.
Selain itu, PGN dan SK E&S juga bersama-sama mencari peluang pengembangan bisnis gas di Indonesia dan Korea termasuk melakukan LNG trading.
"SK E&S memiliki pengalaman pada pengembangan hidrogen maupun CCS. Dengan MoU ini, diharapkan PGN dan SK E&S dapat saling bertukar informasi dan berkomunikasi lebih efisien, sehingga dapat menerapkan teknologi yang tepat untuk mengurangi emisi karbon pada utilisasi gas bumi," ujar Haryo dalam keterangan tertulis, Kamis (24/2).
SK E&S adalah perusahaan yang memiliki fokus di bidang listrik, LNG, energi terbarukan, energi komunal, gas kota, berbagai bisnis energi di luar negeri, dan pengembangan bisnis hidrogen dan CCS.
CCS atau penangkapan dan penyimpanan karbon termasuk kegiatan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca yang meliputi pemisahan dan penangkapan emisi karbon atau CO2.
Kemudian, pengangkutan emisi karbon, yang tertangkap, ke tempat penyimpanan maupun ke zona target injeksi dengan aman dan permanen, sesuai kaidah keteknikan.
PGN dan SK E&S juga mempertimbangkan bekerja sama dalam infrastruktur LNG, pemanfaatan terminal, kegiatan usaha penjualan dan pembelian LNG, serta pengembangan bisnis gas atau LNG di Korea.
"MoU ini bertujuan mendukung persiapan realisasi kerja sama yang lebih komprehensif, baik pembahasan maupun pelaksanaan dalam kaitannya dengan investasi dan pemanfaatan produk atau jasa milik masing-masing pihak," ujar Haryo.
Haryo juga berharap kerja sama ini tidak hanya memberikan memberikan benefit bagi PGN dan SK E&S, tetapi mendukung pemerintah terkait penggunaan teknologi CCS maupun carbon capture, utilization, and storage (CCUS) di industri migas, sehingga dapat memberikan dampak positif terhadap ekonomi Indonesia.
Pemerintah melalui Kementerian ESDM tengah mengembangkan potensi kerja sama CCS/ CCUS sebagai salah satu kerja sama skema bisnis dalam penanganan perubahan iklim.
Indonesia memiliki target penurunan emisi di sektor energi sebesar 377 juta ton CO2 pada 2035. Adapun gas bumi bisa menurunkan emisi sekitar 40% dibandingkan energi lain seperti batu bara dan minyak bumi.