Amerika Disebut Diam-diam Tingkatkan Impor Minyak dari Rusia

Happy Fajrian
5 April 2022, 15:17
minyak rusia, amerika, impor minyak mentah, rusia ukraina
ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque/AWW/dj
Presiden AS Joe Biden.

Amerika Serikat (AS) dilaporkan meningkatkan impor minyak mentah dari Rusia hingga sebesar 43% atau sekitar 100.000 barel per hari, selama seminggu terakhir. Padahal pada saat yang sama AS mendesak Eropa dan negara lainnya untuk tidak membeli minyak Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Sekretaris Dewan Keamanan Rusia Mikhail Popov kepada media Rusia, bahwa Amerika mengejar keuntungannya sendiri dengan mengorbankan sekutu Eropa-nya.

“Selain itu, Washington mengizinkan perusahaan Amerika untuk mengimpor pupuk mineral dari Rusia, melabelinya sebagai essential goods,” ujar Popov seperti dikutip dari Global Times pada Selasa (5/4).

Eropa dan sekutu Amerika lainnya dilaporkan telah menjajaki pelarangan impor minyak Rusia sejak invasi Ukraina dimulai, meskipun faktanya Eropa memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan energi Rusia, terutama untuk minyak mentah dan gas alam.

Eropa menghadapi tekanan dari AS dan Inggris untuk memberlakukan larangan minyak Rusia. Inggris telah mengumumkan bahwa mereka akan menghapus impor minyak Rusia pada akhir tahun 2022.

Sementara itu, Departemen Keuangan AS telah menetapkan batas waktu untuk mengakhiri kesepakatan impor minyak dan batu bara dari Rusia hingga 22 April. Simak databoks berikut:

Cui Heng, asisten peneliti dari Center for Russian Studies of East China Normal University, mengatakan bahwa kebijakan AS terhadap Rusia berpusat pada dua aspek. "Liberalisme untuk melawan sistem politik dan ideologi kolektif Rusia, lainnya adalah pragmatisme untuk melayani kepentingan nasional AS,” ujar Cui kepada Global Times.

Karena kebutuhan untuk menghadapi Rusia secara ideologis, AS merayu sekutu untuk memberikan sanksi kepada Rusia, sementara karena kebutuhan realitas, AS membeli energi Rusia dengan harga lebih murah dan menjualnya ke Eropa dengan harga lebih tinggi.

“(Hal itu) Untuk melayani kepentingan domestik dan kelompok kepentingan minyak. Pada akhirnya, Eropa menjadi korban - kekayaan Eropa mengalir ke AS dan membantu mengkonsolidasikan keuntungan dolar terhadap euro," kata Cui.

Menurut data dari Refinitiv, ekspor gas alam cair AS naik hampir 16% bulan lalu ke rekor tertinggi dengan sebagian besar pengiriman menuju ke Eropa.

LNG AS dalam permintaan tinggi karena negara-negara Eropa mencoba untuk memotong impor gas dari Rusia setelah operasi militernya di Ukraina, sementara juga mencari untuk membangun kembali persediaan yang berkurang.

Eropa telah menjadi importir utama LNG AS selama empat bulan berturut-turut, mengambil sekitar 65% dari ekspor AS. Dalam kesepakatan bersama, AS mengumumkan untuk menambah pasokan gas alam cari ke Eropa sebanyak 15 miliar meter kubik untuk mengakhiri ketergantungan blok tersebut pada pasokan energi Rusia.

Mick Wallace, seorang anggota Parlemen Eropa, men-tweet video pidato parlementernya, mengatakan bahwa Eropa memang harus melepaskan ketergantungannya pada energi Rusia, tetapi tidak boleh menggantinya dengan "gas kotor" AS.

"(Amerika adalah) Sebuah negara yang telah mengebom, menyerbu, menduduki dan mencampuri urusan banyak negara berdaulat lebih banyak daripada siapa pun di planet ini," cuitnya melalui Twitter @wallacemick.

Analis mengatakan penerima manfaat terbesar dari krisis Rusia-Ukraina dan larangan minyak Rusia adalah AS sementara beberapa netizen mengejek langkah AS sebagai menjerat sekutu Eropa-nya.

"Saya yakin target AS [dalam memberikan sanksi kepada Rusia] sama sekali bukan Rusia, tetapi negara-negara Eropa," komentar salah satu netizen Cina. “Dengan membeli minyak dari Rusia dan menjualnya kembali ke Eropa, AS bisa mendapat untung”.

Sebagai informasi, Global Times merupakan outlet berita yang dikontrol oleh kantor berita Partai Komunis Cina, the People’s Daily.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...