Presiden Jokowi Pertimbangkan Indonesia Beli Minyak Mentah Murah Rusia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengutarakan kemungkinan Indonesia membeli minyak mentah murah dari Rusia untuk meredakan tekanan dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
“Semua opsi kami pantau. Jika ada negara dan mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja,” kata Presiden dalam wawancara dengan Financial Times, ketika ditanya apakah Indonesia akan membeli minyak dari Rusia, seperti dikutip Reuters, Senin (12/9).
Jika itu terjadi, maka Indonesia akan bergabung dengan Cina dan India yang saat ini menjadi pembeli utama minyak Rusia. Hal ini setelah negara-negara barat mengembargo impor komoditas energi Rusia sebagai sanksi atas invasi ke Ukraina.
Wacana RI membeli minyak mentah dari Rusia pertama kali diungkapkan oleh Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, pada Maret lalu. Dia menyebutkan bahwa nantinya, minyak mentah dari Rusia akan diolah di Kilang Balongan.
“Pertamina melihat adanya potensi Rusia yang akan menjual minyak mentah dengan harga murah akibat sanksi perdagangan dari negara barat, ada peluang untuk membeli dari Rusia dengan harga yang lebih baik,” kata Nicke saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Senin (28/3).
Ketika itu Nicke menyebut, pembelian minyak mentah dari Rusia akan dilakukan secara business to business (B to B) daripada Goverment to Goverment (G to G). Hal ini diharapkan agar tidak menimbulkan persoalan politis. “Tak ada masalah sepanjang perusahaan (minyak) yang deal sama kita gak kena sanksi,” ujarnya.
Tak lama, Wakil Menteri BUMN, Pahala Nugraha Mansury, mengatakan pemeritah berhati-hati dalam menyikapi adanya wacana kebijakan pembelian minyak dari Rusia.
“Saya rasa pembelian minyak ke Rusia ini ada berbagai kesulitan, seperti logistiknya dan ada kesulitan pembayarannya jadi tentunya ini perlu dilihat secara keseluruhan,” ujarnya beberapa waktu lalu, Senin (9/5) malam.
Ketika itu Pahala mengatakan pemerintah belum menjalin komunikasi dengan Rusia soal wacana pembelian minyak mentah. “Belum ada yang sampai situ, tentu kami sangat berhati-hati sekali untuk melihat bagaimana kebijakan pembelian minyak dari Rusia,” kata dia.
Pejabat Sementara (Pjs) Vice President Corporate Communication Pertamina, Heppy Wulansari, juga menyatakan Pertamina batal membeli minyak mentah Rusia karena stok minyak di sejumlah kilang masih cukup untuk mengakomodir permintaan bahan bakar minyak (BBM) di tanah air.
Namun, Heppy tak merinci berapa besar stok yang tersedia di tiap-tiap kilang. “Tidak ada pembelian (minyak mentah) dari Rusia karena stok kilang mencukupi,” kata Heppy melalui pesan singkat kepada Katadata.co.id, Senin (9/5).
Kemudian Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Sandiaga Uno menyebut, Presiden Jokowi menyetujui untuk mengimpor minyak dari Rusia karena harganya 30% lebih murah dari harga pasar. Kebijakan itu ditempuh karena, harga minyak dunia yang saat ini sedang bergejolak di tengah perang Rusia dan Ukraina.
"Rusia nawarin ke kita, eh lu mau enggak India sudah ambil nih minyak kita, harganya 30% lebih murah daripada harga pasar internasional. Kalau buat teman-teman CEO Mastermind ambil gak? Ambil. Pak Jokowi pikir yang sama, ambil," kata Sandiaga seperti dikutip di akun Instagramnya, Sabtu (20/8).
Risiko Bagi Indonesia
Pengamat Ekonomi Energi dan Pertambangan Univestias Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan Pertamina sebaiknya memperhitungkan sejumlah kemungkinan sebelum membeli minyak mentah dari Rusia.
Menurut dia, Pertamina harus jeli melihat kondisi perang yang kemungkinan bisa berdampak pada kepastian ketersediaan minyak asal Rusia.
“Harga minyak lebih murah iya, karena konsumennya yang ada di Eropa barat sedang menerapkan sanksi kepada Rusia. Tapi kemudian diperhitungkan juga resiko apakah dalam kondisi perang itu, Rusia masih bisa mengirim minyak mentahnya?” kata Fahmy kepada Katadata.co.id, Rabu (30/3).
Dia menambahkan, Pertamina selayaknya juga memperhitungkan faktor jarak yang berkorelasi pada biaya angkut atau kargo dari minyak tersebut. “Pertimbangankan cost and benefit dari pembelian minyak Rusia karena ini dalam kondisi perang. Berbeda jika tidak dalam kondisi perang,” ujarnya.
Perihal kemungkinan adanya dampak terhadap kondisi politik di Indonesia, Fahmy senada dengan Nicke. Ia menyebut, jika nantinya Indonesia sepakat untuk membeli minyak mentah asal Rusia, secara geopolitik hal tersebut tidak akan berpengaruh kepada Indonesia.
Menurutnya, Indonesia sebagai negara non blok, pembelian minyak Rusia tidak akan berpengaruh secara politis terhadap Indonesia. “Bahkan kalau memang menguntungkan beli minyak dari Rusia, ya beli saja. Tapi kalau masalah geopolitik atau keberpihakan tidak jadi soal. Karena Indonesia sikapnya tidak memihak sama sekali walau sempat mengecam adanya konflik,” ujar Fahmy.