Bos JPMorgan Peringatkan Perang di Ukraina Memperburuk Krisis Energi
Krisis Energi Mempercepat Proses Transisi Energi
Di saat yang sama, krisis energi yang memburuk sebagai imbas dari perang Rusia-Ukraina, berpotensi mempercepat transisi energi, dari sumber energi fosil ke sumber energi terbarukan.
International Energy Agency atau IEA dalam laporan World Energy Outlook 2022 menyebutkan invasi Rusia ke Ukraina telah memicu krisis energi global yang pada gilirannya berpotensi mempercepat transisi energi dunia dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Dalam skenario WEO berdasarkan kebijakan yang berlaku saat ini, yang disebut dengan Stated Policies Scenario, total permintaan bahan bakar fosil akan terus menurun mulai pertengahan 2020 hingga akhir 2050.
“Dengan kebijakan saat ini, dunia energi berubah secara dramatis. Respons pemerintah di seluruh dunia adalah berjanji untuk menjadikan krisis ini sebagai titik balik bersejarah menuju sistem energi yang lebih bersih, lebih terjangkau, dan lebih aman,” kata Fatih Birol, Direktur Eksekutif IEA, Jumat (28/10).
Dalam Stated Policies Scenario, porsi bahan bakar fosil pada bauran energi global turun dari sekitar 80% menjadi hanya 60% pada 2050. Emisi CO2 global juga turun perlahan dari titik tertinggi 37 miliar ton per tahun menjadi 32 miliar ton pada 2050. Penurunan juga akan terjadi dalam perdagangan batu bara global.
Outlook ini menghitung berdasarkan skenario janji yang diumumkan pemerintah negara-negara di dunia atau Announced Pledges Scenario (APS) yang menyebut bahwa perdagangan global batu bara turun 25% hingga 2030 dan 60% hingga 2050.
“Perjalanan menuju sistem energi yang lebih aman dan berkelanjutan mungkin tidak mulus. Tetapi krisis energi global saat ini memperjelas mengapa kita perlu terus maju,” kata Birol.