Prabowo Tebar Janji Tak Akan Impor BBM, Pakar Energi: Tidak Realistis
Tak hanya menyediakan kebutuhan serta keterjangkauan harga, Fahmy menyebut usaha untuk melakukan pengetatan pembatasan bagi konsumen BBM bersubsidi lebih dibutuhkan.
“Agar dinikmati oleh konsumen yang benar-benar membutuhkan. Tidak seperti sekarang, itu konsumen Pertalite dan solar masih salah sasaran. Barangkali itu yang harus diprioritaskan,” kata dia.
Indonesia Net Importir Minyak Sejak 2003
Secara historis, Indonesia telah lama menjadi importir bersih (net importir) minyak, baik minyak mentah maupun BBM, yakni sejak 2003. Di sisi lain ekspor masih berjalan, namun porsinya jauh lebih kecil dibandingkan impor.
Pada 2021, Indonesia mengimpor minyak mentah dan hasil minyak sebesar US$21,4 miliar sementara ekspornya hanya US$4,8 miliar. Salah satu penyebab tingginya impor ini adalah konsumsi dalam negeri yang lebih besar dari produksi.
Data BP Statistical Review of World Energy menunjukkan, produksi minyak Indonesia diproyeksikan hanya 644 ribu barel per hari (bph). Capaian tersebut turun drastis dibandingkan pada 2012 yang masih mencapai 917 ribu bph. Sedangkan konsumsi tahun ini diproyeksikan mencapai 1,77 juta bph, meningkat dari 1,63 juta bph pada 2012.
Indonesia pun tidak hanya mengimpor BBM jadi, tetapi juga minyak mentah. Neraca energi Indonesia 2022 menunjukkan Indonesia memproduksi 223,5 juta barel minyak mentah dan mengimpor 104,7 juta barel.
Menurut data BPS, Nigeria merupakan asal impor minyak terbesar Indonesia pada 2022 dengan 5,68 juta ton atau US$ 4,19 miliar. Setelah itu Arab Saudi dengan 4,19 juta ton atau US$ 3,13 miliar, Azerbaijan: 1,09 juta ton atau US$ 839,91 juta, Angola 1,08 juta ton atau US$ 837,64 juta, dan Australia 689,05 ribu ton atau US$ 569,76 juta.