Dikomentari Tom Lembong, Seberapa Suram Kondisi Pasar Nikel Global?

Sorta Tobing
15 Januari 2024, 17:47
nikel, baterai, harga nikel
ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad
Seorang pekerja memperlihatkan bijih nikel di smelter feronikel yang dimiliki oleh perusahaan tambang negara PT Aneka Tambang Tbk.

Namun, investasi nikel saat ini jauh lebih padat modal, rentan terhadap ketidakstabilan harga, belum lagi meningkatnya ketegangan politik. Pada 20 Desember 2023, Nanjing Hanrui Cobalt memutuskan membatalkan proyek nikel high-pressure acid leach (HPAL).

Teknologi HPAL adalah pengolahan dan pemurnian nikel limonit dalam wadah bersuhu tinggi. Proses selanjutnya adalah melakukan ekstraksi dari larutan konsentrat untuk mendapat mineral murni. 

Nanjing Hanrui Cobalt mengambil langkah tersebut dengan alasan menyusutnya nilai ekonomi di tengah kondisi pasar yang tidak menguntungkan. “Keputusan investasi kami berdasarkan fundamental pada 2019. Namun, dengan pesatnya pertumbuhan kapasitas logam baterai, pasar diperkirakan mengalami surplus struktural,” tulis Hanrui. 

Proyek nikel-kobalt Huashan milik Huayou dengan produksi tahunan sebesar 120 ribu ton juga ditangguhkan. Padahal proyek ini dijadwalkan beroperasi pada 2025. “Perusahaan memiliki masalah arus kas, mungkin harus menunda rencana tersebut,” kata sumber perusahaan. 

Di tengah prospek lesu tersebut, penambang terbesar dunia, BHP Group Ltd, masih optimistis dengan permintaan nikel global. Melansir Bloomberg, perusahaan memprediksi angka permintaannya akan tumbuh empat kali lipat pada 2050. Sebab, kendaraan listrik hampir seluruhnya mengganti mobil tradisional.

Sembilan dari 10 mobil yang terjual pada 2040, menurut prediksi BHP, adalah kendaraan listrik. Kondisi ini akan membantu meningkatkan penggunaan bahan baku baterai seluruh dunia, termasuk nikel. 

Peleburan Nikel
Peleburan Nikel (PT Antam Tbk)

Produsen Baterai Cari Pengganti Nikel

Kebutuhan nikel pun diperkirakan akan melambat karena produsen baterai mulai memakai bahan baku alternatif, selain nikel. Tesla sudah melancarkan aksi tersebut sejak Oktober 2021. Perusahaan menggunakan baterai lithium, besi, fosfat (LFP). 

Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) pun menemukan 75% mobil listrik yang terjual di Indonesia pada 2022 menggunakan baterai LFP, tanpa nikel. Salah satu merek mobilnya adalah Wuling Air EV. 

Sebelumnya, hampir semua kendaraan listrik yang dijual di AS memakai baterai lithium ion dengan katoda yang terdiri dari nikel-kobalt. Baterai ini memberi jangkauan, daya, dan ukuran terbaik tapi harganya mahal.

Selain itu, nikel-kobalt juga rentan terhadap pelepasan panas jika rusak secara fisik. Sedangkan LFP tidak mengandung oksigen sehingga baterai tidak akan terbakar seperti nikel. Hal ini membuatnya jauh lebih aman dan tahan lama. 

Halaman:
Reporter: Mela Syaharani
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...