Rupiah Melemah dan Harga Minyak Naik, Ini Kebijakan ESDM Soal BBM
Lonjakan harga minyak yang dibarengi dengan pelemahan nilai tukar rupiah berdampak besar terhadap kebijakan subsidi BBM di dalam negeri, terutama terhadap besaran subsidi dan kompensasi yang harus dibayarkan pemerintah.
“Ya kami harus antisipasi kenaikan subsidi sama kompensasi ya. Tapi yang pertama energinya cukup dulu lah, jangan sampai kurang,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di Kementerian ESDM pada Jumat (5/4).
Terkait hal ini, Arifin mengatakan bahwa pemerintah akan tetap pada keputusannya untuk tidak menaikkan harga BBM dan tarif listrik hingga Juni mendatang. “Yang penting harus aman dulu. Kita lihat perkembangan (harga) nanti. Tapi kedepannya memang harus dilakukan langkah-langkah efisiensi,” kata dia.
Arifin menjelaskan efisiensi ini dimaksudkan untuk mewujudkan subsidi BBM yang tepat sasaran. Efisiensi juga didorong dengan konversi motor BBM menjadi motor listrik. “Konversi harus cepat. Habis itu infrastruktur harus terbangun baik, jadi efisiensi bisa (dilakukan),” ujarnya.
Harga Minyak Tembus US$ 90 per Barel
Sebagai informasi harga minyak mentah Brent telah kembali menembus level US$ 90 per barel pada Kamis (4/4). Terakhir kali Brent berada di level ini yaitu pada Oktober 2023. Sedangkan WTI bergerak di level US$ 87 per barel.
Kenaikan harga minyak beberapa waktu terakhir ini terutama didorong oleh tensi geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina, dan juga potensi meluasnya perang di Timur Tengah. Sementara itu OPEC+ tetap pada keputusannya untuk mengurangi pasokan sebesar 2,2 juta barel per hari tahun.