Dari Gunung Malabar, Kopi Indonesia Mendunia

Yuliawati
Oleh Yuliawati
15 Desember 2019, 09:00
kopi, specialty coffee indonesia, gunung malabar, slamet prayoga
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Petani Malabar Mountain Coffee memetik biji kopi di Malabar, Bandung, Jawa Barat (15/11/2019).

Yoga kemudian menetap sementara untuk mempelajari prospek perkebunan kopi di kawasan Pengalengan selama sebulan. Setelah yakin, dia pun menjalin kerja sama dengan Perhutani menggarap lahan perkebunan kopi sekitar 20 hektare pada 2012. Yoga membangun perusahaan PT Sinar Mayang Lestari dengan merk dagang Malabar Mountain Coffee.

Yoga memulai bisnisnya dengan modal sekitar Rp 10 miliar-15 miliar. Dia menganggap modal saja tak cukup sehingga dia pun tekun mempelajari cara budidaya, sistem perawatan, dan cara berbisnis yang efektif.

Banyak hal yang Yoga pelajari dari membangun perkebunan kopi. Dia memberikan perlakuan khusus sehingga perkebunan kopinya mampu berbuah banyak dan produktif. Secara rutin Yoga melakukan pemupukan yang teratur, pemangkasan dahan-dahan pohon yang mati dan tidak produktif, serta perawatan tanah di sekitar tanaman.

Proses memangkas ranting dan daun agar tak terlalu rimbun ini penting. Tujuannya agar tanaman kopi tetap mendapatkan sinar matahari sehingga batang pohon terhindar dari serangan jamur atau virus yang merusak tanaman.

Yoga pun memperhatikan betul saat panen. Dia melarang anak buahnya memetik buah yang masih hijau. Kopi yang benar-benar matang berwarna merah atau ceri yang hanya diperbolehkan dipetik. Setelah pemetikan, ceri ini kemudian dijemur di bawah sinar matahari.

Kopi Malabar
Pekerja Mountain Malabar Coffee melakukan proses penyortiran biji kopi. (Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA)

Proses selanjutnya yang menjadi perhatian Yoga yakni penyortiran. Dia menyortir kopinya berulang kali melalui mesin maupun sortir manual. Untuk sortir manual, Yoga mempekerjakan warga kampung untuk menyortir dengan mengupas kulit ceri (pulper), maupun mengupas kulit gabahnya (huller). Penyortiran ini untuk memilih biji kopi yang terbaik untuk kemudian disangrai dan digiling.

Setelah mengelola perkebunan selama tujuh tahun, lahan perkebunan yang dikelola Yoga mencapai 100 hektar dengan lebih dari 230.000 pohon kopi arabika. Produksi kopi pun terus meningkat, awal membuka lahan perkebunan jumlahnya 4-5 ton per tahun, kini panen kopi Malabar Mountain dapat mencapai 30-35 ton per tahunnya.

Pembelinya kopi Malabar Mountain datang dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari di pulau Jawa yakni Jakarta, Bogor, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Cirebon, Purwokerto, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bali. Selain pulau-pulau lain di luar Jawa seperti Kalimantan dan Sumatra.

Permintaan datang juga dari mancanegara seperti Tiongkok, Australia, dan Amerika. Untuk masalah pengiriman ke luar negeri tersebut, Yoga hanya menyerahkan kopi tanpa terlibat proses perizinan.

Mayoritas pembeli memesan roasted bean yang siap olah, namun ada juga yang memesan green bean. Sekali pesan para pembelinya memesan 5-10 karung yang berisi 60 kilogram biji kopi per karung, bahkan ada yang memesan dalam hitungan ton.

Biasanya sejak awal tahun Yoga membuka tawaran pesanan kopi sejak awal tahun. Setelah proses booking, Yoga kemudian menghitung jumlah produksi kopi yang harus dipenuhi sepanjang tahun. Dia akan menutup pemesanan apabila melebihi kapasitas produksinya.

Sering kali Yoga terpaksa tak memenuhi pesanan para pelanggannya karena produksi tanaman kopinya meleset. Yoga menganggapnya wajar karena tanaman kopi kerap tak dapat dipastikan jumlah panennya.

Bagi Yoga, hal yang utama yang harus dia jaga selama berbisnis kopi yakni menjaga kualitas kopi Malabar Mountain. Sehingga dia tak akan pernah mencampur kopi produksinya dengan jenis lain demi memenuhi pesanan. "Konsistensi kualitas itu kunci kopi Malabar Mountain hingga bertahun-tahun, sehingga kopinya terus berada di grade specialty, dan orang terus tetap menanti kopi ini,” kata Yoga. 

Reporter/Penulis: Dorothea Putri 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...