Mengapa Tol Cipularang Rawan Kecelakaan?

Pingit Aria
3 September 2019, 20:39
Kendaraan terjebak kemacetan saat pemberlakuan \"Contra Flow\" di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Pemberlakuan \"Contra Flow\" tersebut diberlakukan selama proses olah tkp kecelakaan beruntun di KM 91 ole
ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI
Kendaraan terjebak kemacetan saat pemberlakuan \"Contra Flow\" di KM 91 Tol Cipularang, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Selasa (3/9/2019). Pemberlakuan \"Contra Flow\" tersebut diberlakukan selama proses olah tkp kecelakaan beruntun di KM 91 oleh petugas berwenang.

Kementerian Perhubungan telah menerjunkan tim ke lokasi untuk mencari tahu penyebab insiden tersebut. Kemudian, evaluasi menyeluruh akan melibatkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dan tim dari Institute Teknologi Bandung (ITB).

Selain berkenaan dengan desain jalan tol, evaluasi bakal dilakukan terhadap kecepatan dan beban muatan kendaraan. Dengan demikian, rekomendasi yang dikeluarkan nantinya lebih komprehensif.

Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Rudy Sufahriadi mengakui bahwa kecelakaan yang terjadi kemarin melibatkan dump truk yang kelebihan muatan. "Dari keterangan saksi, kendaraan tersebut mengangkut 34 ton tanah merah. Padahal, kapasitas dari dump truk itu hanya 20 ton," katanya.

(Baca: Kronologi Kecelakaan Maut 20 Kendaraan di Tol Cipularang)

Tol Cipularang menghubungkan kabupaten Purwakarta dan Bandung, yang selesai dibangun pada akhir April 2005. Tol ini membentang dari Cikampek - Purwakarta sampai Padalarang yang melintasi Kabupaten Karawang, Kabupaten Purwakarta, dan Kabupaten Bandung Barat.

Berada di pegunungan, ruas Tol Cipularang meliuk naik-turun dan memiliki beberapa jembatan yang panjang dan tinggi. Melalui tol ini, jarak Jakarta-Bandung sepanjang 58,5 kilometer bisa ditempuh dalam waktu 1 jam 30 menit jika tidak macet.

Daerah rawan kecelakaan di ruas Tol Cipularang adalah sepanjang kilometer 90 sampai dengan kilometer 100. Pada area tersebut, kondisi jalan menanjak dari arah Jakarta dan sebaliknya, menurun dari Bandung. Karena itu, pada setiap tanjakan dan turunan yang curam terdapat tambahan jalur lambat untuk bus dan truk bermuatan berat.

“Kami prihatin atas kecelakaan yang terjadi dan memang harus ada evaluasi yang mendasar,” kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Jakarta, Selasa (3/9).

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...