Kompetisi Pasar Sawit Indonesia Melawan Malaysia di India Makin Berat
Kasan mengatakan perubahan bea masuk India bisa berdampak signifikan terhadap volume impor CPO dari Indonesia. Setiap kenaikan tarif 1% di India akan menurunkan volume impor dari Indonesia sebesar 3958.7 ton. Sebaliknya, jika tarif turun 1% akan menaikkan ekspor sebanyak 3958.7 ton.
(Baca juga: Permintaan Pasar Tradisional Berkurang, Ekspor Sawit Tertekan)
Penurunan tarif dari 44% menjadi 40% pada tahun 2019 akan menyebabkan kenaikan volume ekspor sebesar 190,02 ribu ton atau kenaikan nilai sebesar US$ 135 juta. "Secara statistik, tidak signifikan terhadap volume impor CPO India dari Malaysia," kata Kasan.
Indonesia bisa mendapatkan bea masuk yang sama melalui skema Asean-India Free Trade Agreement (AIFTA). Kenaikan tarif impor produk turunan sawit India bisa berdampak signifikan terhadap volume impor dari Indonesia dan Malaysia.
Setiap kenaikan tarif 1% di India akan menurunkan volume impor dari Indonesia sebesar 2.010 ton, sehingga penurunan tarif dari 54% menjadi 50% memberi dampak kenaikan volume ekspor turunan sawit sebesar 96,5 ribu ton atau kenaikan nilai ekspor US$ 69,76 juta.
Sedangkan bagi Malaysia, kenaikan tarif impor India 1% menurunkan volume impor turunan sawit dari Malaysia sebesar 749.05 ton, sehingga penurunan tarif dari 54% menjadi 45% berdampak pada kenaikan volume ekspor turunan sawit sebesar 80.9 ribu ton dan kenaikan nilai ekspor sebesar US% 58,02 juta.