Konsumsi Tempe Turun, Impor Kedelai Menyusut

Michael Reily
20 September 2018, 10:09
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar pengaruhi harga jual kedelai.
Antara Foto / Raisan Al Farisi
Seorang pekerja sedang melakukan proses pembuatan tempe. Tingginya nilai tukar dolar berpotensi menyebabkan harga kedelai sebagai bahan baku tempe naik.

Catatan Gapkoptindo, pengrajin tahu dan tempe biasanya menyerap sekitar  2 juta ton kedelai impor setiap tahun. Porsi pembuatan tempe dari kedelai sebanyak 70%, sisanya 30% untuk tahu.

Adapun mayoritas produsen tahu dan tempe umumnya tersebar di Pulau Jawa, yang mana Jawa Timur masih merupakan wilayah dengan serapan kedelai tertinggi yakni mencapai 36 ribu ton per bulan, diikuti Jawa Tengah 30 ribu ton, Jawa Barat 18 ribu ton, dan Jakarta 15 ribu ton.  "Sisanya untuk wilayah lain," ujarnya.

Secara total, pengrajin ini  tersebar di 300 kabupaten/kotamadya di 21 provinsi Indonesia.

Dengan kebutuhan kedelai yang tinggi, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meminta importir untuk langsung memberikan suplai kedelai kepada pengrajin tahu dan tempe. Pemerintah saat ini tak melakukan pembatasan untuk impor  kedelai untuk produksi tahu dan tempe.

Dia meminta kepada importir dan pelaku usaha yang menggunakan kedelai supaya tidak tak ambil untung berlebihan atas kondisi rupiah yang melemah. "Supaya lebih murah, mata rantai harus dipotong sehingga pengrajin bisa beli kedelai," kata Enggar.

Pembagian wilayah yang tepat untuk alokasi pendistribusian kedelai juga menurutnya harus jadi perhatian importir kedelai, di samping mengupayakan akses langsung ke pengrajin tanpa harus melewati pedagang besar dan distributor.

Namun, Enggar menyebut masih ada hambatan lain akibat pembelian langsung para pengrajin, terutama pada masalah akses permodalan. "Pemerintah akan mengupayakan akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk koperasi pengrajin tahu dan tempe kepada perbankan BUMN.' ujarnya.

 Di tengah langkah Kemendag yang menyatakan tak akan menghambat impor kedelai, Kementerian Pertanian justru mengklaim produksi kedelai nasional tahun 2018 mencapai 2,2 juta ton dengan kebutuhan sebesar 2,9 juta ton. Alhasil, menurut perhitungan Kementerian Pertanian, kekurangan kedelai di Indonesia hanya sebesar 700 ribu ton.

United States Department of Agriculture (USDA) mencatat, ekspor kedelai AS pada April 2018 menurun 17% dibandingkan Oktober 2017 seiring pelemahan rupiah. Meski begitu, USDA memprediksi peningkatan ekspor kedelai ke Indonesia bisa mencapai 2,8 juta ton pada 2018/2019, lebih tinggi dibandingkan 2017/2018 yang hanya 2,75 juta ton.

Halaman:
Reporter: Michael Reily
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...