Pelemahan Rupiah Dikhawatirkan Ganggu Pertumbuhan Industri dan Ekonomi

Michael Reily
6 Juli 2018, 11:31
Pabrik Konveksi Pan Brothers
Katadata

Selain itu, merosotnya cadangan devisa disinyalir menjadi faktor lain yang memperburuk nilai tukar rupiah. Per akhir Mei lalu, cadangan devisa tercatat berada di level US$ 122,914 miliar, atau turun US$ 9,08 miliar dalam empat bulan.

(Baca juga: Rupiah Melemah, Cadangan Devisa Berkurang US$ 9 Miliar Sejak Februari)

Senada dengan Tony, Ekonom Centre of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah juga menyebut persoalan defisit neraca dagang sebagai salah satu faktor pemberat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

"Faktor lainnya kenaikan suku bunga Amerika, Fed Fund Rate, serta kisruh perdagangan dunia yang mengarah ke perang dagang." kata dia. Untuk menstabilkan rupiah, slah satunya bisa dilakukan dengan menaikan suku bunga acuan.

Perang Dagang

Selain pelemahan nilai tukar rupiah, dunia usaha juga tengah ketar-ketir menghadapi dampak perang dagang yang dipicu oleh aksi proteksionisme dan kebijakan Presiden AS Donald Trump. 

Ketua Dewan Pertimbangan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi pun meminta para pengusaha mulai bersiap mengantisipasi efek perang dagang. “Pengusaha harus berusaha masing-masing dalam ketidakpastian perdagangan internasional,” katanya saat memberikan sambutan untuk Apindo di Jakarta, Kamis (5/7) malam.

Dia menyebutkan dampak perang dagang akan berpengaruh kepada negara lain, termasuk Indonesia, seperti dengan adanya pengalihan komoditas ekspor Tiongkok dari AS ke negara lain karena mereka dikenakan tarif barang yang tinggi di negari Paman Sam. Di lain pihak, AS pun memperketat impor dari beberapa negara untuk memulihkan defisit neraca dagangnya.

Menurut Sofjan, AS di bawah kepemimpinan Donald Trump percaya akan kekuatan ekonomi mereka. Dia menyebut pengusaha AS optimistis dengan pertumbuhan finasial setelah kunjungannya ke negeri Paman Sam.

Oleh karena itu, Sofjan juga meminta agar pengusaha  lebih baik tetap berfokus pada kegiatan ekonomi dalam negeri serta tidak perlu terganggu hiruk pikuk politik dalam negeri menjelang masa pemilihan umum (Pemilu) presiden dan legislatif tahun depan. Menurutnya, banyak pihak yang akan mencari ketenaran di media massa untuk kepentingan pemilihan.

 “Semua akan cari nama untuk bermacam kepentingan,” ujarnya.

Dia juga menyebut akan banyak kebijakan populis  menjelang masa Pemilu, seperti kenaikan suku bunga dan subsidi. Akibatnya, menurut Sofjan,  defisit perdagangan akan lebih besar karena subsidi pemerintah meningkat, inflasi pun berpotensi terkerek karena harga minyak dunia naik sehingga pertumbuhan ekonomi melambat. 

“Tantangan akan terus berdatangan dari dalam dan luar. Karenanya saya meinta pengusaha yang tergabung di Apindo harus lebih aktif menghadapi kondisi ketidakpastian ini,” kata Sofjan.

Halaman:
Editor: Ekarina
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...