Asosiasi Pengusaha Sebut Tiga Sebab Penjualan Retail Merosot

Miftah Ardhian
18 Juli 2017, 07:00
Hypermart
Katadata/Agung Samosir
Pembeli sedang memilih barang di pusat perbelanjaan Hypermart di Jakarta, 13-03-2013.

Hanya, menurut Roy, tren pergeseran belanja dari toko fisik ke toko online masih belum besar. Ia menyebut, hanya 1 persen toko fisik yang tergerus keberadaan toko online pada tahun 2016 lalu. Jumlah itu menjadi sekitar 2 persen di tahun 2017 ini.

Untuk mensiasatinya, Roy menyarankan berbagai toko yang ada untuk mengikuti perkembangan teknologi digital. "Kami ketahui beberapa peretail sudah ikut terjun online untuk memperdagangkan barangnya. Ini merupakan suatu globalisasi atau keniscayaan yang harus berubah dan harus diikuti," ujar Roy.

Dirinya pun memprediksi, pertumbuhan sektor ritel masih akan stagnan di angka 9 persen, sama seperti tahun lalu. (Baca juga: Tak Menguntungkan, Dua Gerai Hypermart Ditutup)

Sementara, mengomentari sepinya pusat perbelanjaan seperti Glodok dan Roxy Square, Roy menyebut hal itu dipengaruhi oleh struktur biaya sewa. Di Glodok, menurutnya perjanjian sewa dibuat lima tahun sekali. Maka saat harga sewa dinaikkan setelah siklus lima tahunan, banyak penyewa pergi.

Begitu pula di Roxy Square, model bisnis persewaan gerainya berbeda dengan Roxy Mas yang masih tetap ramai. "Perubahan harga, perubahan teknologi, perubahan servis, ini yang membedakan,” ujarnya. 

Halaman:
Reporter: Miftah Ardhian
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...