Harga Gula dan Bawang Merah Tak Kunjung Turun, Apa Sebabnya?

Sorta Tobing
14 Mei 2020, 20:59
harga bawang merah, harga gula pasir tinggi, jokowi, penyebab naiknya harga gula dan bawang merah
ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/nz
Ilustrasi operasi pasar. Harga gula pasir dan bawang merah tidak kunjung turun di tengah pandemi corona.

Kurangnya pasokan gula sudah terjadi sejak Desember 2019, sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Untuk menjual gula pasir, industri retail sangat bergantung pada produsen. Termasuk di dalamnya, para importir yang mendapat penugasan untuk memasok gula dari luar negeri.

Suplai yang terhambat, membuat peretail semakin sulit menjual gula sesuai harga eceran tertinggi. Terlebih di masa pandemi, pasokan sulit didapat. Dugaan Roy sama dengan Airlangga, banyak produsen dari negara lain yang terhambat ekspornya karena kebijakan lockdown.

“Semua negara pemasok utama, seperti India, Tiongkok, dan Australia, lockdown. Pasokannya jadi tidak masuk ke kami,” ucapnya.

(Baca: Pasokan Bahan Pokok Aman Jelang Lebaran, Mendag Imbau Tak Panic Buying)

Bulog berencana menggelontorkan sedikitnya 22 ribu ton gula impor dari India untuk menekan harga. “Kami baru saja mendapat pasokan gula dan akan segera menyalurkannya agar kebutuhan pokok dapat tetap tersedia,” kata Direktur Utama Bulog Budi Waseso.

Melansir dari Reuters, ekspor gula dari India mengalami lonjakan permintaan, salah satunya dari Indonesia. Lonjakan ekspor dari negara produsen gula terbesar di dunia itu kemungkinan dapat menurunkan harga secara global dan membatasi permintaan dari rival utamanya, yaitu Brazil dan Thailand.

“Dalam beberapa hari, Iran dan Indonesia membeli gula (dari India) untuk pengiriman Mei dan Juni,” kata direktur pelaksana sebuah perusahaan perdagangan di India, MEIR Company, Rahil Shaikh.

(Baca: Jokowi Soroti Harga Bawang Merah dan Gula Pasir yang Tak Kunjung Turun)

Produksi Bawang Merah Berkurang, Ekspor Malah Bertambah

Sementara, bawang merah mengalami kenaikan harga karena produksinya pun turun 30%. Waktu panen raya yang mundur menjadi penyebabnya. “Memang terjadi pergeseran musim tanam akibat anomali iklim. Jadwal panen raya juga sedikit bergeser," ujar Direktur Jendral Hortikultura Prihasto Setyanto.

Untuk bulan ini, akan terjadi panen bawang merah di 18 sentra utama. Perkiraan luasnya adalah 8.958 hektare dengan produksinya mencapai 67 ribu ton. Wilayah Jabodetabek membutuhkan 14.549 ton, sehingga produksi dalam negeri mencukupi.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kasan Muhri dalam diskusi webinar tadi siang menyebut di saat harga naik dan produksinya berkurang, ekspor bawang merah justru naik. Pada kuartal pertama 2020 ekspor bawang merah mencapai 19 ton. Jumlah itu naik tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

(Baca: Triwulan I, Sektor Pertanian Beri Kontribusi Terbesar Ketiga untuk PDB)

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu, Tri Kurnia Yunianto, Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...