Peluang Sektor Pangan Jadi Andalan Ekonomi Setelah Pandemi

Yuliawati
Oleh Yuliawati
18 November 2020, 17:36
pangan, pertanian, JFSS, Jokowi, potensi pangan
123RF.com/france68
Ilustrasi. Sektor pangan tumbuh positif selama pandemi Covid-19.

Beberapa inisiatif yang sedang berjalan seperti penerapan inclusive closed loop di lahan pertanian cabai di Garut, Jawa Barat dan industri minyak sawit perlu terus dikembangkan dan diperbaharui agar produktivitas dan nilai tambah petani semakin meningkat.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan, Franky O. Widjaja mengatakan para petani yang mendapatkan pendampingan tersebar di seluruh Indonesia dan telah mampu  meningkatan produktivitas sekitar 70% dan pendapatan sekitar 50%-200%. “Kadin bersama PISAgro, bertekad untuk meningkatkan pendampingan menjadi dua juta petani pada 2023,” kata Franky.

Skema inclusive closed loop sebagai strategi pangan Indonesia yang dapat berlanjut pasca Covid-19. Setidaknya ada tiga manfaat dari penerapan skema inclusive closed loop.

Pertama, meningkatkan kesejahteraan petani. Survei PRISMA mengenai “Dampak Covid-19 terhadap Petani,” pada Oktober 2020 menyebutkan pandemi Covid-19 mengakibatkan penurunan permintaan dan harga jual produk pertanian.

Kesejahteraan petani, peternak dan nelayan Indonesia dapat dilihat dari naiknya Nilai Tukar Petani (NTP) dari tahun ke tahun. Pandemi Covid-19 menghempaskan NTP ke level terendah sejak 2009. Bahkan antara April dan Juli 2020 angka NTP di bawah 100. Kondisi ini semakin memprihatinkan terutama di tengah kondisi panen raya yang seharusnya berlangsung Mei 2020.

Data BPS menunjukkan NTP sejak Agustus naik 0,56% (month on month/mom) menjadi 100,65. Pada Oktober 2020 naik mencapai 102,25 atau naik 0,58% dari bulan sebelumnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menganggap kenaikan NTP karena kontribusi sektor pertanian yang meningkat selama pandemi. “Saya yakin ada kontribusi pertanian yang bisa menggerakkan ekonomi,” kata mantan Gubernur Sulawesi Selatan tersebut.



Kedua, ketahanan pangan. The Economist Intelligence Unit mengukur tingkat ketahanan pangan di 113 negara melalui Global Food Security Index (GFSI). Menurut GFSI ketahanan pangan Indonesia cenderung membaik dalam enam tahun terakhir.

Selama pandemi Covid-19, berbagai pekerjaan infrastruktur besar hingga kebijakan strategis terus dilakukan demi menggenjot produksi pangan.

 
Ketiga, keberlanjutan lingkungan. Berdasarkan penelitian FAO (Food and Agriculture Organization), pertanian adalah salah satu sektor yang menyumbangkan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) yang tinggi. Emisi GRK merupakan salah satu penyumbang perubahan iklim.

Penelitian FAO sejalan dengan data BPS yang menunjukkan bahwa emisi karbon dari sektor pertanian cukup tinggi dan jumlahnya terus meningkat. Selama 2012-17, sektor pertanian mengeluarkan emisi GRK lebih tinggi daripada sektor industri dan limbah, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 2,7% per tahun.

Rosan mengatakan seiring  tingginya permintaan pangan maka program pertanian berkelanjutan harus jadi pedoman dalam pengembangan pertanian di Indonesia. "Khususnya pada masa pandemi dan berlanjut pasca-pandemi,” kata Rosan.

Halaman:
Reporter: Cindy Mutia Annur, Agatha Olivia Victoria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...