Indonesia Kalah Agresif dari Vietnam Memanfaatkan Perjanjian Dagang
Konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi andalan pertumbuhan ekonomi domestik hanya tumbuh 4,7% dibandingkan kuartal II 2020. Konsumsi LNPRT tumbuh 0,56% sedangkan impor menjadi satu-satunya yang tercatat negatif 0,08%.
Struktur PDB dari sisi pengeluaran yakni 88,4% berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara, konsumsi pemerintah sumbangannya 9,76% dan sisanya merupakan komponen lain.
Shinta pun berharap perdagangan internasional dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang juga menjanjikan pemulihan Indonesia pada 2021. "Mengingat outlook ekonomi global pada 2021 sangat menjanjikan, khusunya di Kawasan Asia Pasifik," ujar dia.
Dana Moneter Internasional atau IMF memprediksikan ekonomi dunia rata-rata bisa tumbuh hingga 5,2%. Sementara, negara-negara di Kawasan Asia Pasifik bisa tumbuh lebih tinggi yaitu 6,7%.
Indonesia diramal tumbuh tinggi 6,1%, meski tak setinggi negara ASEAN-5 yaitu 6,2% dan Tiongkok 8,2%. Ekonomi Singapura diperkirakan tumbuh 5%, Jepang 2,3%, Australia 3%, dan Selandia Baru 4,4%.
Shinta menilai penting bagi Indonesia untuk menggenjot kinerja ekspor terutama setelah adanya perjanjian perdagangan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) untuk pemulihan ekonomi tahun ini. "Kita menargetkan ekspor ke negara RCEP sekitar 67% dari total nilai ekspor Indonesia," kata dia.