Industri Kian Ekspansif, PMI Manufaktur Januari Rekor Tertinggi 52,2

Happy Fajrian
1 Februari 2021, 19:47
pmi manufaktur indonesia, industri, menteri perindustrian, ekspansi manufaktur
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.
Pekerja melakukan uji coba pada mesin pengolah makanan otomatis buatannya sebelum di ekspor ke Australia, Myanmar dan Malaysia di sebuah industri manufaktur sub sektor mesin di Purwantoro, Malang, Jawa Timur, Selasa (23/6/2020).

Kinerja positif ini membuat neraca perdagangan sektor manufaktur sepanjang tahun 2020 menjadi surplus US$ 14,17 miliar. Agus mengatakan bahwa hal ini  mengindikasikan kinerja sektor industri yang semakin membaik dan para pelaku industri di tanah air masih agresif untuk menembus pasar ekspor.

Menperin juga mengemukakan realisasi penanaman modal sektor industri di tanah air tumbuh 26 persen, dari tahun 2019 yang mencapai Rp 216 triliun menjadi Rp 272,9 triliun pada 2020.

Berdasarkan catatan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), pada Januari-Desember 2020, sektor industri menggelontorkan dananya sebesar Rp 272,9 triliun atau menyumbang 33% dari total nilai investasi nasional yang mencapai Rp 826,3 triliun.

Hasilnya, realisasi investasi secara nasional pada tahun lalu melampaui target yang dipatok sebesar Rp 817,2 triliun atau menembus 101,1%. “Ini capaian yang sangat luar biasa di tengah kondisi pandemi. Bahkan, investasi sektor industri mampu tumbuh double digit,” ujar Menperin.

Ekspansi Industri Butuh Dukungan Kebijakan

Wakil ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani mengatakan bahwa ekspansi industri tidak bisa hanya bergantung pada permintaan pasar domestik dan momentum hari besar.

Oleh sebab itu, untuk mendorong ekspansi manufaktur dan memulihkan perekonomian, diperlukan pendorong dari sisi supply, misalnya dengan perbaikan iklim usaha, inbound investasi, kemudahan kredit usaha dan sebagainya.

"Selain itu, perlu juga mendorong permintaan eksternal seperti lewat peningkatan permintaan ekspor produk manufaktur nasional. Jika faktor pendukung ini tidak ada dan kita hanya bergantung pada pasar domestik, kemungkinan ekspansi manufaktur akan melambat pada 2021," ujar Shinta.

Apalagi bila proses pengendalian pandemi dan normalisasi ekonomi berjalan lama atau butuh waktu lebih dari setengah tahun, maka akan semakin sulit mendorong pertumbuhan industri.

Oleh karena itu, Shinta menilai kepercayaan ekspansi industri manufaktur sangat tergantung pada pemulihan permintaan atau suntikan modal kerja. Tanpa adanya permintaan dan modal yang signifikan, bisa dipastikan industri manufaktur akan terus menunda ekspansi.

"Khususnya untuk industri padat karya yang risiko usahanya di 2021 masih sangat tinggi akibat peningkatan beban usaha, kenaikan upah daerah dan pemotongan besar-besaran budget stimulus fiskal dan non-fiskal bagi korporasi dampak pandemi tahun ini," katanya.

Halaman:
Reporter: Antara
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...