SOROT: Perputaran Cuan Ratusan Kali dari Bisnis Tes PCR
"Dulu tidak boleh berdiri sendiri karena mengacu ke faskes. Tidak bisa berdiri independen, sementara sekarang bisa,"tuturnya.
Kerja sama antara DDSM dengan pihak ketiga penyedia cairan reagen berlangsung sekitar 6-7 bulan. DSDM kemudian memutuskan mengambil penuh layanan tes PCR, termasuk dengan membeli reagen sendiri.
Dengan membeli reagen sendiri, mereka bisa menjalankan bisnis lebih kompetitif karena dapat membanderol harga yang bersaing. Seiring bisnis yang berkembang, laboratorium DSDM bekembang dari awal pandemi hanya satu menjadi tujuh.
Harga reagen yang terus turun kemudian juga membuat pemerintah menyesuaikan batas atas tarif PCR dari semula Rp 2,5 juta menjadi Rp 900 ribu pada Oktober 2020.
Menurut Wahyu, pada saat pemerintah menurunkan tarif ke level Rp 900 ribu, harga reagen sebenarnya sudah jauh lebih murah yakni Rp 325 ribu.
Saat pemerintah kembali menurunkan tarif tes PCR ke level Rp 275 ribu- Rp 300 ribu pada 27 Oktober lalu. Wahyu mengatakan harga tes PCR sekarang seharusnya dapat berada di kisaran Rp 175 ribu. Alasannya, harga reagen kemungkinan turun dalam beberapa minggu ke depan menjadi Rp 90 ribu-Rp 110 ribu.
Bahkan, tarif tes PCR masih dapat turun di kisaran Rp 120 ribu-Rp 130 ribu. "Kenapa bisa berbeda harga PCR? Karena mengambil keuntungannya beda," kata dia.
Daftar Perusahaan Tes PCR
Nama Perusahaan | Jumlah Cabang | Relasi Kepemilikan | Cakupan Layanan |
Swab Aja/PT Satu Laboratika Utama | 33 | Erwin Aksa | Jakarta, Makassar,Batam, Bali, Yogyakarta,Surabaya, hingga Semarang |
Bumame Farmasi/PT Budimanmaju Megah Farmasi | 41 | Jack Budiman | Jabodetabek, Bandung, Surabaya,Malang, Palembang, Yogyakarta, Bali |
Daya Dinamika Sarana Medika (DDSM)KPH Lab | 7 | Pernah dimiliki Dompet Dhuafa kemudian berpisah | Jabodetabek, BaliMedan |
Quicktest/PT Quicktest Laboratorium Indonesia | 28 | Irawati MuklasAvisha Group | Jabodetabek |
Smartcolab | 21 | Sari PramonoInkoppol Divisi Kesehatan | Jabodetabek Bali |
GSI PT Genomic Solidaritas Indonesia | 5 | Luhut Pandjaitan, Garibaldi ThohirArsjad Rasjid | Jabodetabek |
Klagen InnolabPT Innolab Sains Internasional | 14 | Denni MappaTiti Rusdi | Jabodetabek |
IntibiosLab Klinik | 35 | Enggartiasto Lukito | Jabodetabek Bali, Karawang, Semarang, Cirebon Bandung, Yogyakarta, Lampung, Bogor, Surabaya |
Promo Lion Air Bantu Turunkan Harga PCR
Beberapa perusahaan ada yang berani menawarkan promo harga tes PCR jauh di bawah batas atas pemerintah, termasuk Lion Group. Perusahaan milik pengusaha Rusdi Kirana tersebut menyediakan tes PCR dengan harga Rp 195 ribu.
Tarif tes PCR seharga Rp 195 ribu dilakukan melalui kerja sama dengan jaringan fasilitas kesehatan yaitu DDSM dan Laboratorika Utama (Swab Aja) milik Erwin Aksa.
Menurut seorang sumber Katadata.co.id, Lion Air Group menjadi salah satu perusahaan yang kerap mempelopori penurunan harga sekaligus membuat harga tes PCR di Indonesia ikut turun.
Pada Agustus lalu, saat pemerintah mematok tarif tes PCR sebesar Rp 495 ribu-Rp 525 ribu, Lion Air menawarkan harga promo Rp 285 ribu. "Biasanya kalau Lion Air turun, hebohlah itu dunia persilatan. Pak Presiden (Jokowi) akan telpon ke Pak Rusdi Kirana, kenapa harga bisa turun?," ujar sumber tersebut.
Erwin Aksa yang memiliki Swab Aja mengatakan, tarif PCR sekarang masih terus diturunkan untuk berkompetisi dengan negara semodel India. Harga PCR masih bisa turun sampai Rp 195 ribu, yang tetap memberikan keuntungan meski tak besar. “Kalau Rp 195 ribu, tidak usah berpikir untung besar,” katanya.
Erwin juga yakin kebutuhan PCR tak akan berkurang meski pandemi berangsur surut. Ini lantaran tes serupa diperlukan untuk banyak deteksi penyakit seperti Tuberkulosis hingga kanker.
“Bahkan bisa digunakan industri makanan dan minuman untuk tes makanan halal karena bisa memeriksa DNA babi. Jadi bisa multipurpose,” katanya.