Harga BBM Naik, Apa Kelas Menengah Terdampak?
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ramai diperbincangkan hampir dua pekan terakhir ini menjadi kenyataan. Siang ini, pemerintah resmi mengumumkan harga Pertalite naik dari Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu per liter. Sedangkan harga Solar naik dari dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter.
Harga Pertamax yang non-subsidi juga dikerek menjadi Rp 14.500 dari sebelumnya Rp 12.500. Harga tersebut berlaku mulai Sabtu (3/9) siang ini pukul 14.30 WIB.
Sepekan terakhir, sinyal kenaikan harga BBM memang semakin menguat setelah Presiden Joko Widodo menyalurkan bantuan sosial senilai Rp 24,17 triliun mulai Rabu (31/8). Selain pemberian BLT BBM, pemerintah menyalurkan subsidi Rp 600 ribu bagi 16 juta pekerja dengan gaji di bawah Rp 3,5 juta.
Bantuan tunai tersebut menyasar masyarakat miskin dan rentan miskin yang dinilai paling terdampak kenaikan harga BBM. Lantas, bagaimana dampak kenaikan BBM pada masyarakat kelas menengah?
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Mohammad Faisal, mengatakan bahwa masyarakat kelas menengah ke bawah paling terdampak dengan kenaikan harga BBM. Daya beli golongan masyarakat ini belum pulih dari dampak pandemi Covid-19. "Mereka masih struggle untuk memenuhi kebutuhan dasarnya," kata Faisal kepada Katadata.co.id, Kamis (1/9).
Sementara kalangan menengah atas masih bisa menyerap kenaikan harga BBM terhadap anggaran belanjanya. Artinya, kalangan menengah atas tidak akan terdampak signifikan pada kenaikan BBM. Namun untuk kalangan menengah, Faisal mengatakan, akan ada penurunan disposible income atau pendapatan yang siap dibelanjakan.
Konsumsi Kelas Menengah Terjaga
Berdasarkan data Badan Pusat statistik, konsumsi rumah tangga tumbuh impresif sebesar 5,51% pada kuartal kedua 2022. Angka tersebut naik dari kuartal sebelumnya 4,34%. Meskipun pemerintah menaikkan harga BBM, Faisal optimis jika pertumbuhan konsumsi 2022 akan terjaga di 4-5% karena ditopang oleh belanja kelas menengah atas.
Salah satu indikator masih kuatnya daya beli masyarakat menengah ke atas adalah tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan atau mal yang tumbuh 1% menjadi 78,52% pada semester pertama 2022. Perusahaan konsultan real estate, Knight Frank, menyatakan bahwa pertumbuhan okupansi mal tersebut lebih didominasi segmen premium dan grade A.
Mal inilah yang banyak dikunjungi oleh masyarakat kelas menengah ke atas. "Segmen premium dan grade A cenderung bergerak baik untuk tingkat okupansinya dibandingkan kelas-kelas lain seperti grade B dan grade C," kata Senior Research Advisor Knight Frank, Syarifah Syaukat, dalam konferensi pers virtual, Rabu (31/8).
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia atau APPBI, Alphonzus Widjaja, mengatakan bahwa penghapusan ataupun pengurangan subsidi BBM lebih berdampak terhadap harga barang dan produk. Hal ini akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat terutama kelas menengah bawah yang sampai dengan saat ini belum pulih normal akibat Covid- 19.
"Dampaknya lebih kepada tingkat penjualan khususnya untuk kelas menengah bawah," ujarnya kepada Katadata.co.id, Rabu (31/8).
Indikator lain yang menunjukkan terjaganya konsumsi kelas menengah ke atas adalah peningkatan penjualan mobil. Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor, penjualan mobil nasional dari pabrikan ke diler alias wholesales secara nasional di bulan Juni 2022 mencapai 79.17 unit.
Jumlah tersebut melonjak 60,09% dibanding bulan sebelumnya yang hanya 49,45 ribu unit. Lonjakan ini dipicu oleh rendahnya penjualan pada Mei 2022 karena libur panjang hari Raya Lebaran 2022. Jika dibandingkan dengan Juni 2021, penjualan mobil wholesales ini juga meningkat 8,87% (yoy).
Chief Operating Officer PT Hyundai Motors Indonesia (HMID), Makmur, mengatakan bahwa dirinya masih optimis penjualan mobil bisa tumbuh meskipun ada kenaikan harga BBM. Dia juga yakin pertumbuhan pasar otomotif Indonesia bisa lebih baik dari tahun lalu seiring dengan adanya isu inflasi.
"Walaupun pasti ada syok dan penyesuaian dari konsumen untuk mau beli kendaraan atau tidak. Kalau sekarang, kan mereka tidak ada pilihan karena Pertalite adalah BBM paling murah saat ini," kata Makmur seperti dikutip dari Antara.
Selain penjualan kendaraan dan kunjungan ke mal, indikator pertumbuhan ekonomi yang lebih banyak ditopang masyarakat menengah terletak pada indeks usaha. Indeks Aktivitas Bisnis BRI yang mayoritasnya UMKM tercatat 104,5 pada kuartal kedua 2022. Meskipun meningkat, indeks tersebut belum melebihi masa sebelum pandemi.
Lain halnya dengan Indeks Kegiatan Usaha Bank Indonesia, yang mayoritas respondennya perusahaan dan korporasi besar, pada kuartal kedua 2022 tercatat pada level 14,73. Angka tersebut naik signifikan dari 8,71 di kuartal pertama 2022. Level ini sudah sama dengan saat sebelum pandemi.