Harga CPO Dunia Diprediksi Masih Tertekan hingga Kuartal IV-2022

Andi M. Arief
5 Oktober 2022, 15:23
Pekerja memuat hasil perkebunan kelapa sawit di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8).
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Pekerja memuat hasil perkebunan kelapa sawit di Medang Sari, Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, Jumat (19/8).

Harga minyak sawit mentah atau CPO di pasar spot Rotterdam, Belanda telah membaik selama seminggu terakhir. Namun demikian, harga CPO pada kuartal IV-2022 maupun 2023 diproyeksi tidak akan kembali terbang seperti pada kuartal I-2022.

Berdasarkan data Investing.com, harga CPO di Rotterdam termasuk biaya pengapalan, logistik, dan asuransi adalah US$ 980 per ton. Angka tersebut telah lebih baik dibandingkan capaian 29 September 2022 senilai US$ 880 per ton atau harga CPO terendah sepanjang tahun ini.



Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki menyatakan perbaikan harga tersebut disebabkan oleh perbaikan harga minyak kedelai. Pertumbuhan harga tersebut dinilai akan berlanjut hingga akhir 2022, namun pertumbuhannya diprediksi akan terbatas.

"Rasanya belum balik ke posisi awal 2022. Kalau melihat pasokan minyak nabati dunia, memang harga CPO akan berkisar US$ 1.000 - US$ 1.100 per ton," kata Sekretaris Jenderal Gapki Edi Martono kepada Katadata.co.id, Rabu (5/10).

 Edi mengatakan perbaikan harga CPO pada Oktober hingga Desember 2022 disebabkan oleh pasokan dari Indonesia dan Malaysia yang berangsur normal. Selain itu, pasokan minyak nabati di seluruh dunia secara umum dinilai cukup bagus.

Akan tetapi, Edi menilai peningkatan pasokan tersebut tidak akan mengungkit harga CPO lebih jauh pada tahun depan. Pasalnya, pasokan minyak nabati non-CPO pada 2023 akan cenderung stabil lantaran diramalkan tidak ada gagal panen pada tahun depan.

Sebagai informasi, pergerakan harga CPO secara mingguan sepanjang kuartal I-2022 ada di rentang US$ 1.300 - US$ 1.700 per ton. Harga CPO menyentuh titik tertingginya pada minggu pertama Maret 2022 atau senilai US$ 2.000 per ton.

Berdasarkan data Investing.com, tren penurunan harga CPO dimulai sejak Juni 2022. Hal itu senada dengan Indeks harga pangan dunia oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO)  yang mencapai rata-rata 138,0 poin pada Agustus 2022, turun 2,7 poin atau 1,9% dari Juli.  

Lembaga pangan PBB tersebut juga mencatat bahwa penurunan telah terjadi dalam waktu lima bulan berturut-turut. Namun demikian, penurunan harga tersebut masih 10,1 poin atau 7,9% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.

 FAO mencatat, penurunan indeks harga pangan dipengaruhi oleh harga minyak nabati yang melemah. Hal itu dipengaruhi oleh dimulainya kembali ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina sehingga pasokan pangan dunia membaik. Selain itu, penurunan harga minyak nabati juga disebabkan karena Indonesia menghapus pungutan ekspor CPO hingga akhir 2022.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan penyerapan TBS menjadi prioritas dengan melonggarkan biaya ekspor CPO, seperti bea keluar dan pungutan ekspor. Dengan demikian, serapan TBS akan meningkat dan harga akan membaik lantaran kebutuhan produksi CPO meningkat akibat kemudahan ekspor CPO.

"Yang pertama sekali harus kita jaga adalah harga TBS sesuai dengan biaya produksinya. Itu dulu yang kita jaga," kata Putu kepada Katadata.co.id, Kamis (29/9).

Putu menambahkan tugas utama Kemenperin saat ini adalah normalisasi produksi CPO dan turunannya. Pasalnya, produksi CPO sempat terdistrupsi akibat larangan ekspor yang dilakukan pemerintah pada April-Mei 2022.

Reporter: Andi M. Arief

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...