FAO Sebut Indonesia Mampu Ajak Negara G20 Atasi Masalah Pangan

Nadya Zahira
17 Oktober 2022, 11:28
Petani memisahkan padi dari tangkainya secara tradisional di persaawahan kawasan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/6/2022). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan berdasarkan data produktivitas padi, Indonesia menduduki urutan k
ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.
Petani memisahkan padi dari tangkainya secara tradisional di persaawahan kawasan Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (30/6/2022). Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan berdasarkan data produktivitas padi, Indonesia menduduki urutan ke-dua dari sembilan negara Organisasi Pangan dan Pertanian Food and Agriculture Organizational (FAO) di Benua Asia.

Badan Pangan dan Pertanian Dunia atau Food and Agriculture Organization (FAO) menilai peran Indonesia sebagai Ketua G20 dapat dimanfaatkan untuk mengajak negara-negara anggota G20 mengatasi masalah kerawanan pangan, serta kelaparan yang terus meningkat di dunia. 

“Fokusnya harus mendukung negara-negara yang berisiko kelaparan dan kekurangan gizi,” kata Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal dalam keterangan resminya, Jumat (14/10).

Dia menyampaikan bahwa harga pangan telah melonjak ke rekor tertinggi tahun ini, pupuk menjadi terlalu mahal bagi banyak petani, dan jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan terus meningkat. Berkaca dari kejadian sebelumnya, kondisi tersebut akan memberikan dampak terbesar kepada mereka yang mengalami kemiskinan. 

“Kenaikan harga pangan mempengaruhi kita semua, tetapi dampaknya paling dirasakan oleh mereka yang rentan dan oleh negara-negara yang sudah mengalami krisis pangan," ujar Rajendra.

Oleh karena itu, FAO berupaya menyerukan kepada semua orang untuk mengambil tindakan dan menumbuhkan solidaritas global dalam melakukan transformasi pada sistem pertanian-pangan, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, mengatasi ketidaksetaraan, meningkatkan ketangguhan, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Data FAO menyebutkan, saat ini terdapat 3,1 miliar orang di seluruh dunia yang tidak mampu membeli makanan sehat. Selain itu, angka kelaparan terus meningkat dan berdampak pada 828 juta orang pada 2021. Adapun dalam dua tahun terakhir, jumlah orang yang masuk dalam kategori rawan pangan meningkat dari 135 juta (2019) menjadi 193 juta (2021 dan 2022).

FAO juga memprediksi kemungkinan yang lebih buruk, di mana sekitar 970 ribu orang diperkirakan akan hidup dalam kondisi kelaparan di lima negara. Negara tersebut seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan dan Yaman. Angka tersebut sepuluh kali lebih banyak dari enam tahun lalu, ketika hanya dua negara yang masyarakatnya menghadapi kondisi serupa.

Halaman:
Reporter: Nadya Zahira
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...