PMI Manufaktur RI Juni 2023 Naik Signifikan, Lampaui Cina dan Malaysia

Tia Dwitiani Komalasari
4 Juli 2023, 06:53
Pekerja menyelesaikan produksi tas di pabrik milik PT Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) di Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (14/62023). PT Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) yang mampu memproduksi tas 6.000 per hari dari merk Eiger
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/hp.
Pekerja menyelesaikan produksi tas di pabrik milik PT Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) di Katapang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (14/62023). PT Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) yang mampu memproduksi tas 6.000 per hari dari merk Eiger, Bodypack, dan Export tersebut mampu menyerap 1.800 lapangan pekerjaan dari masyarakat sekitar serta menargetkan mampu memproduksi 3 juta tas pertahun yang di distribusikan ke setiap kota yang ada di Indonesia.

Purchasing Managers’ Index atau PMI Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada bulan Juni menyentuh level 52,5. Angka tersebut naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya di tingkat 50,3.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan bahwa kondisi ini menandakan optimisme dari para pelaku industri Indonesia meningkat secara keseluruhan.

“Alhamdulillah, kita harus bersyukur bahwa aktivitas industri manufaktur kita terus bergeliat. Ini ditandai capaian PMI Manufaktur Indonesia tetap di fase ekspansif hingga 22 bulan berturut-turut atau hampir dua tahun,” kata Agus di Jakarta, Senin (3/7).

PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampui PMI Manufaktur ASEAN (51,0), Malaysia (47,7), Myanmar (50,4), Filipina (50,9), Taiwan (44,8), Vietnam (46,2), Jepang (49,8), Cina (50,5), Korea Selatan (47,8), Inggris (46,2), dan Prancis (45,5).

Agus mengatakan, kenaikan PMI Manufaktur Indonesia pada Juni sejalan dengan kenaikan Indeks Kepercayaan Industri atau IKI yang telah dirilis Kementerian Perindustrian sebelumnya. Sebagai informasi, IKI di bulan Juni 2023 mencapai 53,93 atau meningkat 3,03 poin dibandingkan Mei 2023.

"Angka ini juga merupakan yang paling tinggi sejak IKI dirilis November 2022 lalu,” tutur Agus.

Industri Tekstil Masih Loyo

 

Namun di tengah kondisi ekspansif sektor manufaktur nasional, industri tekstil dan produk tekstil atau TPT masih mengalami kontraksi. Bahkan termasuk menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada survei IKI Juni 2023.

Menurut Agus, penyebab industri tekstil masih menderita karena pasar domestik dibanjiri produk impor, terutama yang masuk melalui Pusat Logistik Berikat atau PLB.

"Kemenperin meminta agar dilakukan pengawasan ketat atas barang keluar dari PLB yang masuk ke pasar domestik, serta terhadap marketplace yang juga merupakan pintu masuk produk tekstil impor,” tegas Agus.

Namun begitu, Kemenperin juga melihat peluang bagi industri TPT dengan adanya tahun ajaran baru sekolah. Hal ini diyakini mendorong dan membangkitkan industri TPT yang sedang tertekan.

Melalui kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian pegawai pemerintahan diharapkan dapat meningkatkan aktivitas produksi di industri TPT untuk memenuhi permintaan tersebut.

Berdasarkan laporan S&P Global, ekspansi yang dialami industri manufaktur Indonesia pada Juni 2023 didukung oleh peningkatan pada permintaan baru. Ini mengakibatkan kenaikan produksi, yang juga turut berdampak pada bertambahnya jumlah tenaga kerja.

Jingyi Pan selaku Economics Associate Director S&P Global PMI Market Intelligence mengatakan, momentum pertumbuhan di seluruh sektor manufaktur Indonesia kembali mengalami percepatan pada bulan Juni. “Laju kenaikan permintaan secara keseluruhan tergolong solid, meskipun kurangnya permintaan eksternal terus menghambat pertumbuhan penjualan total,” ujarnya.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...