Penjualan Mobil Stagnan Sejak 2012, Imbas Pelemahan Daya Beli Kelas Menengah

Ringkasan
- "Macan Asia" adalah julukan yang diberikan kepada empat negara Asia Timur yang mencatat pertumbuhan ekonomi pesat dari akhir 1960-an hingga 1990-an, yaitu Korea Selatan, Taiwan, Singapura, dan Hong Kong, dengan Indonesia kemudian bergabung sebagai "Macan Asia Baru" pada awal 1990-an, mencerminkan kemajuan perekonomiannya yang signifikan. Pertumbuhan ini didorong oleh industrialisasi yang berorientasi ekspor, kebijakan pemerintah yang pro-modal, etos kerja yang kuat, stabilitas politik, dan lokasi geografis strategis.
- Krisis keuangan Asia 1997-1998 menjadi titik balik bagi "Macan Asia", menyebabkan devaluasi mata uang yang signifikan, sektor keuangan yang lemah, dan resesi ekonomi yang dalam. Krisis ini memicu kontraksi ekonomi yang signifikan, dengan Indonesia terkena dampak terparah. Kerentanan ekonomi negara-negara ini terhadap guncangan eksternal terungkap, menyoroti bahaya dari praktik ekonomi yang berlebihan bergantung pada pinjaman luar negeri jangka pendek, regulasi keuangan yang lemah, dan perluasan ekonomi yang tidak berkelanjutan.
- Kisah "Macan Asia" menyediakan pelajaran penting tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan, diversifikasi ekonomi, investasi dalam pendidikan dan teknologi, serta pentingnya ketahanan keuangan dan regulasi ekonomi yang baik dalam mempertahankan pertumbuhan jangka panjang dan menghindari krisis di masa depan. Krisis keuangan Asia menggarisbawahi perlunya transparansi, akuntabilitas, dan tata kelola yang baik dalam pengelolaan ekonomi untuk memperkuat kepercayaan investor dan mencegah kemerosotan ekonomi di masa mendatang.

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo menyatakan pelemahan daya beli menjadi penyebab penjualan mobil stagnan di kisaran 1 juta unit per tahun. Kondisi ini ternyata bukan hanya terjadi dalam beberapa tahun terakhir, tetapi terdata sejak 2012.
Berdasarkan data Gaikindo, pendapatan rumah tangga kelas menengah masih di atas rata-rata harga mobil hingga 2010 dan mulai seimbang pada 2011. Jurang antara pendapatan kelas menengah dan harga mobil konsisten melebar hingga 2023 sebesar 16,05%.
Rata-rata pendapatan kelas menengah tercatat tumbuh 35,4% selama 10 tahun sebelumnya menjadi Rp 218 juta per tahun pada 2023. Pada periode yang sama, rata-rata harga mobil telah naik 47,39% menjadi Rp 253 juta per unit.
"Harga mobil di dalam negeri rata-rata naik 7,5% per tahun, sementara pendapatan kelas menengah hanya naik sebatas inflasi atau sekitar 3%. Jadi, kelas menengah saat ini tidak mampu membeli mobil baru," kata Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara di Kantor Kementerian Perindustrian, Selasa (14/1).
Kukuh mengatakan, masyarakat kelas menengah saat ini cenderung membeli mobil dalam keadaan bekas. Ia memperkirakan pasar mobil bekas di pasar domestik mencapai 1,8 juta unit per tahun. Total penjualan mobil riil di Indonesia mencapai sekitar 2,8 juta per tahun.
Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil sepanjang 2024 susut hampir 14% secara tahunan menjadi 865.723 unit. Adapun total penjualan mobil pada 2023 tembus 1 juta unit atau sejumlah 1,005 juta unit.
Kukuh menargetkan penjualan mobil tahun ini belum dapat menembus 1 juta unit. Namun pengusaha otomotif menilai penjualan mobil dapat menembus 900.000 unit pada tahun ini.
Menurutnya, target penjualan mobil sekitar 900.000 unit merupakan angka optimistis. Ini karena penjualan pada 2024 hanya mencapai sekitar 865.000 unit walaupun belum ada implementasi tambahan opsen pajak kendaraan bermotor oleh pemerintah daerah.
"Kalau optimis, target penjualan tahun ini sekitar 900.000 unit. Namun kalau pemerintah daerah memutuskan tetap menjalankan opsen pajak kendaraan bermotor, angka penjualan bisa turun jauh ke bawah," katanya.
Menurut Kukuh, penjualan mobil tahun ini berpotensi lebih baik karena beberapa pabrikan akan merilis sejumlah model baru. Pemerintah pusat juga telah mengimbau pemerintah daerah untuk menunda kenaikan opsen. Adapun sebagian daerah telah memutuskan untuk menunda penarikan opsen PKB.
Kukuh berpendapat penjualan mobil dapat sama dengan capaian selama Pandemi Covid-19 atau antara 650.000 sampai 700.000 unit jika pemerintah daerah mengimplementasikan opsen. Saat ini 25 pemerintah provinsi telah memutuskan untuk menunda implementasi opsen Pajak Kendaraan Bermotor.